Banner

Fokus Berita: Berperan penting, guru penggerak diharapkan ditambah

Focus Group Discussion (FGD) Peningkatan Sebaran Pendidikan Berkualitas: Merumuskan Konsensus Pemerintah, Sekolah, dan Guru di Provinsi Kalimantan Timur, Selasa (8 November 2022). (Tim Synergy Policies))

Guru penggerak jumlahnya masih terbatas. Dalam satu Focus Group Discussion (FGD) terungkap bahwa untuk mendukung program guru penggerak, pendidik yang sudah dilatih oleh Tanoto Foundation bisa diajak terlibat menjadi aktor dalam Program Guru Penggerak.

 

Balikpapan (Indonesia Window) – Peran guru penggerak dinilai sangat penting dalam upaya mewujudkan pendidikan berkualitas di Provinsi Kalimantan Timur, karenanya, pemerintah didorong untuk terus meningkatkan jumlah guru penggerak yang bisa mendorong peningkatan sebaran kualitas guru terutama di daerah 3 T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Hal tersebut terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) Peningkatan Sebaran Pendidikan Berkualitas: Merumuskan Konsensus Pemerintah, Sekolah, dan Guru di Provinsi Kalimantan Timur, Selasa (8/11/2022).

“Untuk Program Guru Penggerak agar tahun depan targetnya terus ditingkatkan jumlahnya,” ungkap Direktur Utama Synergy Policies Dinna Prapto Raharja saat membacakan konsensus FGD dalam keterangan tertulis yang diterima Indonesia Window, Rabu.

Tantangan saat ini adalah guru penggerak jumlahnya masih terbatas. Dalam FGD tersebut terungkap juga bahwa untuk mendukung program guru penggerak, pendidik yang sudah dilatih oleh Tanoto Foundation bisa diajak terlibat menjadi aktor dalam Program Guru Penggerak.

Selain itu, Program Sekolah Penggerak diharapkan akan berjalan mandiri didukung oleh pemerintah daerah dalam membuat pembelajaran yang menyenangkan bagi murid, sehingga prestasi siswa bisa sesuai dengan target capaian.

“Kolaborasi antar guru dengan kepala sekolah, sekolah dengan dunia usaha dan mitra pembangunan dengan dinas bisa berlangsung meskipun tanpa anggaran. Jadi ini tekadnya adalah tekad kolaborasi,” kata Dinna.

Peserta FGD juga menyoroti kasus siswa yang putus sekolah agar dilakukan pendataan sehingga bisa diberikan akses pendidikan berkualitas juga.

Kolaborasi para pemangku kepentingan perlu dilakukan untuk memastikan anak bisa mendapatkan hak atas pendidikan berkualitas. FGD juga menyepakati pentingnya pembelajaran aktif termasuk yang berbasis teknologi untuk menggugah semangat belajar para siswa.

Peningkatan karakter guru juga menjadi tema menonjol yang diperbincangkan dalam FGD, mengingat guru merupakan faktor penggerak utama dalam belajar mengajar.

“Faktor penting adalah tersedianya narasumber praktik baik, kegiatan berbasis implementasi Kurikulum Merdeka, serta terbentuknya komunitas belajar agar lebih merata sebarannya,” ungkap Dinna.

Untuk menjangkau daerah 3T, seperti Kabupaten Berau, Mahakam Ulu, dan Kutai Barat, diperlukan pemetaan kembali kebutuhan dan solusi bagi peningkatan kualitas pendidikan.

Kepala Balai Guru Penggerak Provinsi Kalimantan Timur Wiwik Setiawati mengungkapkan pentingnya peran guru penggerak untuk mendukung pencapaian pendidikan berkualitas.

Dia mengakui jumlah guru penggerak masih belum ideal. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, jumlah guru penggerak ini semakin bertambah.

“Dulu di awal-awal sedikit teman-teman guru yang mau ikut guru penggerak karena pendidikannya sembilan bulan. Tapi sekarang setelah tahu hasilnya, banyak yang mendaftar menjadi calon guru penggerak,” jelasnya.

Wiwik mengatakan kontribusi guru penggerak memang nyata, karena setelah dinyatakan lulus menjadi guru penggerak, kapasitas guru menjadi lebih mumpuni baik dari segi kreativitas, inovasi hingga leadership.

Diakuinya banyak guru mendaftar menjadi calon guru penggerak karena ingin secara karir baik.

“Kalau ingin menjadi kepala sekolah atau pengawas, ya harus menjadi guru penggerak dulu,” ungkapnya, seraya menambahkan, target guru penggerak seluruh Indonesia hingga 2024 mencapai 260.000.

Wiwik berpendapat bahwa para pengajar yang sudah pernah pelatihan dengan lembaga- lembaga filantropi seperti Tanoto Foundation boleh saja ikut mendaftar sebagai guru penggerak, asal ikut regulasi syarat pemerintah.

FGD tersebut diikuti oleh sepuluh perwakilan dari berbagai pemangku kepentingan bidang pendidikan mulai guru, kepala sekolah, pengawas, hingga pejabat dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Provinsi Kalimantan Timur.

Banyak diungkap dalam FGD mulai kekurangan sarana dan prasarana pendidikan di daerah 3T, problematika sekolah, kurangnya kesadaran sekolah dari siswa dan orang tua murid hingga kualitas guru yang tidak merata.

Selain itu, juga terungkap bahwa saat ini kekurangan guru bahasa Indonesia. Bahkan, di daerah 3T, semua sekolah kekurangan guru semua mata pelajaran. Disamping itu, program satu laptop, satu guru ternyata juga membawa manfaat yang baik bagi peningkatan kualitas guru dan sekolah.

Berbagai kesulitan di daerah 3T tidak menyurutkan para guru untuk terus berjuang dalam mendidik para siswanya, salah satunya, Kepala SMPN 2 Gunung Bayan Kutai Barat, Muslikin yang daerahnya tidak terjangkau listrik dan internet tetap bersemangat dalam memajukan sekolahnya.

Ia mengembangkan program pembelajaran memakai jaringan Wifi berbasis intranet serta mendorong guru membuat konten pendidikan di Youtube. Meski terbatas, tapi efektif dalam menunjang pembelajaran siswa. Selain itu, e-library juga dikembangkan untuk mengantisipasi kurangnya buku di perpustakaan.

Merryen Silalahi mewakili Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation, Margaretha Ari Widowati, dalam sambutannya mengungkapkan kebanggaan atas inovasi dan terobosan yang dilakukan oleh para guru, kepala sekolah hingga pemerintah daerah dalam mencapai pendidikan berkualitas di Kalimantan Timur.

“Pendidikan berkualitas mempercepat kesetaraan peluang. Kesetaraan ini adalah kunci bagi terwujudnya masa depan yang lebih baik,” kata Merryen.

Menurut dia, pendidikan berkualitas memiliki peran penting dalam membalikkan ketidaksetaraan sehingga berpotensi memperkuat pertumbuhan ekonomi suatu negara.

“Dalam konteks ini pendidikan berkualitas mencakup baik akademis maupun dimensi lain seperti relevansi antara pelajaran yang siswa dapatkan di sekolah dengan apa yang dihadapi di kehidupan nyata. Pada titik ini muncul tentang pentingnya model pembelajaran, cara guru mengajar, fasilitas belajar dan materi pembelajaran yang inovatif,” jelas Merryen.

Seluruh kesepakatan FGD di Provinsi Kalimantan Timur ini akan disampaikan kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim dalam rangka Hari Guru 2022.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan