Jakarta (Indonesia Window) – Arab Saudi semakin tak “terlalu” identik dengan minyak dan gas.
Sebuah survei dari hampir 440 ahli akuntansi senior dari lembaga internasional MESA menunjukkan kerajaan tersebut mengalami pertumbuhan di masa mendatang yang kemungkinan berasal dari sektor bukan minyak, demikian laporan Saudi Gazette yang dikutip di Jakarta, Senin.
Survei Kondisi Ekonomi Global (GECS) terbaru yang diterbitkan bersama oleh Asosiasi Akuntan Bersertifikat Chartered (ACCA/the Association of Chartered Certified Accountants) dan lembaga akuntan IMA (Institute of Management Accountants) menunjukkan pengeluaran pemerintah dari beberapa negara, seperti Uni Emirat Arab (UEA), Qatar dan Arab Saudi, melakukan upaya yang lebih besar dalam meningkatkan perekonomian mereka dari sektor non migas.
Mengomentari temuan tersebut, Kepala ACCA Timur Tengah Fazeela Gopalani menyatakan bahwa sebuah kebangkitan dalam pertumbuhan kemungkinan berasal dari sektor non minyak saat ekonomi mengalami diversifikasi.
Reformasi di sektor hiburan dan pariwisata diperkirakan akan mendorong pertumbuhan di Arab Saudi tahun ini.
Laporan GECS pada kuarter keempat mencatat peningkatan signifikan dalam kepercayaan diri dibandingkan dengan kuarter ketiga sehingga menunjukkan prospek yang lebih cerah.
Pertumbuhan sektor swasta non minyak kemungkinan akan mendukung pertumbuhan pada tahun 2020, terutama dengan World Expo yang akan diadakan di Dubai akhir tahun 2020.
Minyak
Pengaruh dominan terhadap kepercayaan di kawasan Timur Tengah adalah fluktuasi harga minyak. Kepercayaan dan harga minyak pulih pada kuarter keempat dan ada juga berkurangnya risiko geopolitik di wilayah tersebut.
Harga minyak diperkirakan berada di kisaran 60 hingga 70 dolar AS (1 dolar AS= 13681,50) per barel tahun ini.
Perkembangan positif negara-negara (Arab Saudi, UEA, Oman, Bahrain dan Qatar) dengan nilai tukar tetap dengan dolar AS adalah pengurangan suku bunga oleh Bank Sentral AS. Pemotongan AS di paruh kedua tahun lalu mencapai ¾ persentase poin dan segera diikuti oleh pengurangan ukuran yang sama di negara-negara tersebut.
Pada kuarter keempat, sebagian besar komponen indeks regional sedikit di bawah rata-rata jangka panjangnya. Hal ini konsisten dengan pertumbuhan di kawasan sekitar 1,5 persen hingga 2 persen pada 2019.
Tahun lalu pertumbuhan PDB di Arab Saudi melambat menjadi kurang dari 0,5 persen, terseret lebih rendah oleh penurunan produksi minyak dan harga minyak rata-rata yang lebih rendah.
Sebagai pengekspor minyak terbesar, Arab Saudi berada di garis depan dalam upaya OPEC untuk menstabilkan harga dengan mengendalikan output. Produksi minyak Saudi kemungkinan akan dipotong lagi tahun ini karena upaya ini terus berlanjut.
Data resmi terbatas yang tersedia sejauh ini tentang kegiatan ekonomi UEA pada tahun 2019. Tetapi data survei menunjukkan pertumbuhan PDB tahunan antara 1,5 persen dan 2 persen tahun lalu.
Indeks pesanan GECS rata-rata -20 selama empat kuartal tahun 2019, sedikit berubah dibandingkan dengan 2018 (-19), ketika pertumbuhan UEA secara resmi tercatat sebesar 1,7 persen.
Tetapi produksi minyak UEA, yang turun 7 persen tahun lalu akan sedikit menurun lagi pada 2020 menurut perjanjian OPEC + yang dicapai Desember lalu.
Berdasarkan nilai indeks GECS terbaru, yang berada di atas rata-rata baru-baru ini, prospek pertumbuhan PDB tahun ini sekitar 2 persen, didorong oleh aktivitas non-minyak.
Berbicara tentang gambaran global, kepala ekonom di ACCA Michael Taylor mengatakan banyak risiko terhadap ekonomi global pada 2020 yang sama dengan pada 2019, termasuk ketegangan perdagangan antara AS dan Cina, yang merupakan penyebab utama melambatnya pertumbuhan global.
Perkembangan terkini di bidang tersebut positif, tetapi risiko eskalasi kembali dengan kenaikan tarif baru tetap.
Fazeela Gopalani mengatakan suku bunga yang lebih rendah di kawasan ini harus merangsang pertumbuhan kredit sektor swasta dan membantu meningkatkan ekonomi sektor swasta non minyak.
Sektor real estate, yang semakin penting di banyak ekonomi di kawasan ini, akan mendapat manfaat terutama dari biaya pinjaman yang lebih rendah.
Sementara itu, indeks GECS kawasan yang mengukur masalah dalam mengakses keuangan mendekati level terendah tiga tahun di kuarter keempat.
Laporan: Redaksi