Banner

Duma ratifikasi perjanjian aksesi Donetsk, Lugansk, Zaporizhzhia, dan Kherson ke Rusia

Warga berjalan melewati sebuah bangunan yang rusak di Donetsk pada 20 Juni 2022. (Xinhua/Victor)

Aksesi wilayah aneksasi Rusia, yang meliputi Donetsk, Lugansk, Zaporizhzhia, dan Kherson sedang diupayakan oleh Duma Negara dengan meratifikasi perjanjian aksesi guna melindungi hak-hak masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah tersebut.

 

Moskow, Rusia (Xinhua) – Majelis rendah parlemen Rusia, Duma Negara, meratifikasi perjanjian terkait aksesi Donetsk, Lugansk, Zaporizhzhia, dan Kherson ke Rusia, demikian disampaikan majelis itu pada Senin (3/10) dalam pernyataannya.

Para anggota Duma Negara dengan suara bulat mendukung undang-undang tersebut.

Aksesi wilayah aneksasi Rusia tersebut merupakan cara untuk melindungi hak-hak masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah tersebut, kata Ketua Duma Negara Rusia Vyacheslav Volodin dalam sebuah unggahan via Telegram setelah pemungutan suara itu.

Dia menekankan bahwa “sasaran dan tujuan dari operasi militer khusus tersebut telah ditetapkan, dan harus tercapai.”

Banner

Aneksasi

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat (30/9) menandatangani perjanjian untuk menganeksasi empat wilayah Ukraina yang sebagian diduduki oleh pasukannya, meningkatkan perang yang telah berlangsung tujuh bulan dan membawanya ke fase baru yang tidak dapat diprediksi.

“Ini adalah kehendak jutaan orang,” kata Putin dalam pidato di hadapan ratusan pejabat tinggi di St George’s Hall di Kremlin.

“Orang-orang yang tinggal di Luhansk, Donetsk, wilayah Kherson, dan wilayah Zaporizhzhia menjadi rekan senegara kami selamanya,” tegasnya.

Pada upacara yang disebut Kyiv sebagai “pertunjukan aneh Kremlin” tanpa makna hukum, Putin menyampaikan kecaman selama 37 menit terhadap Barat, menuduhnya sebagai “setanisme belaka,” sebelum menandatangani dokumen perjanjian dengan kepala dari empat entitas yang didukung Rusia.

Mereka kemudian bergandengan tangan dan meneriakkan “Rusia! Rusia!” serempak dengan ratusan pejabat, yang berdiri dengan tepuk tangan meriah.

Upacara penandatanganan itu berlangsung tiga hari setelah selesainya referendum (23-27 September) yang dinilai tergesa-gesa di mana proksi Moskow di wilayah pendudukan mengklaim mayoritas hingga 99 persen mendukung bergabung dengan Rusia.

Banner

Pemerintah Ukraina dan Barat mengatakan pemungutan suara, yang diumumkan hanya 10 hari yang lalu itu, dilakukan di bawah todongan senjata dan palsu, serta tidak sah.

Ukraina, Amerika Serikat dan kepala PBB semuanya mengatakan upacara pencaplokan itu tidak akan memiliki nilai hukum.

Putin mendesak Ukraina untuk menghentikan aksi militer dan kembali ke meja perundingan. Sementara Kyiv telah bersumpah untuk merebut kembali semua tanah yang disita oleh Rusia dan mengatakan bahwa keputusan Rusia untuk mencaplok wilayah itu telah menghancurkan prospek pembicaraan.

Aneksasi berarti bahwa Rusia, yang telah merebut Krimea dari Ukraina pada 2014, sekarang mengklaim sekitar 22 persen wilayah Ukraina, termasuk bagian-bagian yang tidak dikontrolnya.

Dalam pidatonya, Putin membangkitkan ingatan para pahlawan Rusia dari abad ke-18 hingga Perang Dunia Kedua dan mengulangi tuduhan-tuduhan terhadap Barat, menuduhnya melakukan praktik kolonial dan mengingatkan penggunaan senjata nuklir oleh Amerika Serikat terhadap Jepang, yang dia sebut sebagai “preseden”, pada akhir Perang Dunia Kedua.

Aneksasi itu berarti bahwa garis depan perang sekarang akan melintasi wilayah yang dinyatakan Rusia sebagai miliknya dan bahwa Putin telah mengatakan bahwa dia siap untuk mempertahankannya dengan senjata nuklir jika diperlukan.

Banner

Beberapa politisi Barat menyebut itu gertakan – sesuatu yang secara eksplisit disangkal oleh Putin. Amerika Serikat mengatakan telah memperingatkan Rusia tentang konsekuensi bencana jika menggunakan senjata nuklir.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan