Dampak perubahan iklim semakin memburuk di Jerman, yang kini secara berkala mengalami gelombang panas dan penyusutan volume air yang parah, serta peningkatan curah hujan lebat.
Berlin, Jerman (Xinhua) – Dampak perubahan iklim semakin memburuk di Jerman, yang kini secara berkala mengalami gelombang panas dan penyusutan volume air yang parah, demikian menurut laporan yang dipresentasikan pada Selasa (28/11) oleh Badan Lingkungan Hidup Jerman (UBA) serta Kementerian Lingkungan Hidup, Konservasi Alam, Keselamatan Nuklir, dan Perlindungan Konsumen (BMUV) Jerman.
“Konsekuensi yang menghancurkan dari krisis iklim meningkat dengan laju yang mengkhawatirkan,” kata Menteri Lingkungan Hidup Jerman Steffi Lemke. “Semakin banyak badai terjadi, curah hujan yang tinggi, kekeringan dan gelombang panas berdampak pada kesehatan masyarakat, ekosistem, dan ekonomi.”
Menurut laporan tersebut, musim panas dengan gelombang panas yang ekstrem dan suhu yang mencapai rekor menjadi lebih kerap terjadi di Jerman. Pada Juli 2022, suhu di atas 40 derajat Celsius tercatat untuk pertama kalinya di sebelah utara garis lintang 53 derajat di Hamburg.
Seperti halnya di negara-negara lain di Eropa, periode kekeringan telah berulang kali menyebabkan penurunan hasil pertanian di Jerman dalam beberapa tahun terakhir.
Volume air di Jerman berkurang 2,5 kilometer kubik per tahunnya sejak awal milenium ini, menjadikannya salah satu wilayah dengan penurunan volume air yang tertinggi di seluruh dunia, papar laporan tersebut.
Pada saat yang sama, Jerman mencatatkan peningkatan curah hujan lebat, yang juga terjadi di seluruh dunia. Pada 2021, bencana banjir menewaskan lebih dari 180 orang di Jerman.
Per 2050 mendatang, negara dengan perekonomian terbesar di Eropa itu berpotensi mengalami kerugian hingga 900 miliar euro akibat kerusakan yang berkaitan dengan perubahan iklim, menurut sebuah studi terbaru dari Kementerian Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim Jerman (BMWK).
Pemerintah Jerman mengumumkan investasi berskala besar untuk transformasi hijau di negara itu, senilai hampir 60 miliar euro pada 2024 saja. Namun, rencana tersebut harus ditunda setelah realokasi dana COVID-19 untuk membiayai upaya-upaya iklim dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi Federal Jerman dua pekan yang lalu.
*1 euro = 16.902 rupiah
Laporan: Redaksi