Banner

Italia berlakukan larangan terhadap daging budi daya laboratorium

Foto yang diunggah oleh UPSIDE Foods pada 31 Mei 2023 ini menunjukkan sepotong dada ayam kultur yang telah dimasak dan diproduksi oleh perusahaan Upside Foods, California, Amerika Serikat. (Sumber: UPSIDE Foods)

Daging hasil budi daya dinilai bisa lebih sehat karena tidak memerlukan penggunaan hormon dan antibiotik, dan biayanya berpotensi lebih murah dibandingkan daging tradisional yang berasal dari penyembelihan hewan.

 

Roma, Italia (Xinhua) – Italia menjadi negara pertama di dunia yang melarang produksi, penjualan, dan impor daging hasil budi daya, sebuah istilah yang merujuk pada cara daging diproduksi melalui budi daya sel hewan dan bukan melalui penyembelihan hewan.

Larangan tersebut juga mencakup penggunaan kata-kata yang mengacu pada produk daging tradisional, seperti ‘salami’ dan ‘steak’, untuk memasarkan daging nabati atau pengganti daging yang terbuat dari tanaman.

Parlemen Italia mengesahkan undang-undang baru tersebut setelah melalui perdebatan selama berbulan-bulan. Pelanggaran terhadap undang-undang ini dapat dikenai denda hingga 60.000 euro.

Larangan ini diberlakukan oleh Italia ketika negara-negara lain, termasuk Jerman dan Spanyol, sedang berinvestasi besar-besaran dalam penelitian untuk meningkatkan proses produksi daging hasil budi daya laboratorium.

Para pendukung berpendapat bahwa pengolahan daging hasil budi daya bersifat lebih berkelanjutan karena memiliki dampak lingkungan yang lebih kecil dibandingkan produksi daging hewani. Daging hasil budi daya juga bisa lebih sehat karena tidak memerlukan penggunaan hormon dan antibiotik, dan biayanya berpotensi lebih murah dibandingkan daging tradisional yang berasal dari penyembelihan hewan.

Daging hasil budi daya
Foto yang diabadikan pada 22 November 2023 ini menunjukkan anak-anak ayam di sebuah peternakan di Nurmo, Finlandia. (Xinhua/Matti Matikainen)

Menurut unggahan Menteri Pertanian Italia Francesco Lollobrigida di media sosial, pemberlakuan larangan ini bertujuan untuk melindungi tradisi kuliner Italia dan lapangan kerja di sektor pertanian.

“Italia menjadi negara pertama di dunia yang akan aman dari risiko sosial dan ekonomi akibat makanan sintetis,” tulis Lollobrigida.

Sebelumnya pada tahun ini, Italia mengambil langkah kecil untuk mengizinkan produksi dan penjualan makanan yang terbuat dari serangga dengan menetapkan pedoman tentang bagaimana produk tersebut harus diidentifikasi di pasar. Namun, mungkin diperlukan waktu beberapa tahun hingga sumber protein ini tersedia secara luas di Italia.

Sementara itu, pada Juni lalu, regulator Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan ayam sel kultur kepada pelanggan dalam sebuah keputusan penting.

Departemen Pertanian AS (USDA) mengeluarkan persetujuan untuk dua perusahaan rintisan yakni GOOD Meat dan UPSIDE Foods. Kedua perusahaan itu telah mengantongi izin beberapa bulan sebelumnya dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) AS, yang mengatakan bahwa ayam rekayasa laboratorium dari masing-masing perusahaan aman untuk dikonsumsi manusia.

“Dikeluarkannya izin yang penting ini berarti bahwa ayam perusahaan tersebut, yang dibuat langsung dari sel hewan, kini dapat dijual ke konsumen Amerika,” sebut GOOD Meat dalam sebuah pernyataan.

Agar diizinkan untuk memproduksi dan menjual daging kultur, tim ilmuwan makanan, ahli biologi molekuler, dan insinyur teknis UPSIDE Foods harus melewati tiga langkah regulasi yang ekstensif, yaitu Surat “Tanpa Pertanyaan” (“No Questions” Letter) dari FDA, Persetujuan Label (Label Approval) USDA, dan Izin Inspeksi (Grant of Inspection) USDA, ungkap perusahaan itu dalam pernyataannya.

Daging kultur, yang juga dikenal sebagai protein yang dibudidayakan, berbasis sel, atau dikembangkan di laboratorium, dibuat dengan meletakkan sel punca dari seekor hewan di wadah yang disebut kultivator, dan memberi sel-sel itu campuran nutrisi yang tepat agar dapat berkembang biak dan tumbuh.

Setelah dua hingga tiga pekan, daging dipanen, diformulasikan, dan siap dinikmati, demikian menurut pengantar dari UPSIDE Foods.

*1 euro = 17.016 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan