Jakarta (Indonesia Window) – Belum ada konsensus pendapat di antara para ahli tentang keandalan uji keamanan dan efisiensi dari vaksin anti-virus corona Rusia bernama Sputnik V yang didaftarkan baru-baru ini.
Wakil Ketua Komite Kebijakan Sosial Majelis Tinggi Dewan Federasi Rusia dan Dokter Terhormat Rusia, Tatiana Kusaiko, mengatakan pada konferensi pers pada Senin (17/8) bahwa uji coba vaksin yang sudah dilakukan sudah cukup.
“Sputnik V didasarkan pada platform terkenal, jadi penelitian selama lima bulan sudah cukup untuk digunakan,” ujarnya.
“Kami harus mempercayai para peneliti kami yang memiliki pengalaman kerja selama 20 tahun dan penelitian semacam itu. Kami melihat seberapa efektif vaksin anti-Ebola (berdasarkan platform yang sama dengan Sputnik V – TASS),” kata Kusaiko
“Sejujurnya, saya ingin diinokulasi jika saya memiliki kemungkinan seperti itu,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Organisasi Untuk Uji Klinis, Svetlana Zavidova, mengatakan dia meragukan uji yang ada cukup untuk penggunaan vaksin secara massal.
“Sayangnya, sejarah pengembangan vaksin melewati episode-episode yang cukup terkenal ketika vaksin yang diuji dengan buruk menyebabkan reaksi imunobiologis yang serius dan menimbulkan suatu penyakit,” katanya.
“Saya harap tidak demikian dengan vaksin ini. Tapi itu adalah faktor bahaya. Ada faktor efisiensi yang tidak diteliti secara serius untuk vaksin ini. Tidak mungkin membuktikan efisiensi vaksin pada 38 pasien secara prinsip,” ujar Zavidova.
Meduza, outlet berita internet berbahasa Rusia, pada 10 Agustus menyatakan bahwa asosiasi telah meminta Kementerian Kesehatan Rusia untuk menunda pendaftaran vaksin yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Nasional untuk Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, yang diberi nama Sputnik V.
Vaksin tersebut didaftarkan pada 11 Agustus sebagai vaksin pertama di dunia melawan COVID-19.
Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan bahwa kritik tentang vaksin itu muncul dari persaingan ketat di pasar farmasi.
Laporan: Redaksi