Oleh Hummam Sheikh Ali
Warisan budaya Palestina terjaga dengan karya seni yang dibuat oleh Hani al-Rakoui, seorang pengungsi Palestina yang tinggal di Suriah.
Damaskus, Suriah (Xinhua) – Hani al-Rakoui (36), seorang pengungsi Palestina yang tinggal di Suriah, sedang menjalani proses unik untuk menjaga dan mempromosikan warisan budaya Palestina di kalangan diaspora dengan menciptakan karya seni yang merepresentasikan budaya tanah airnya.
Terinspirasi dari ayahnya, yang memulai pekerjaan tersebut pada tahun 2000 di Kamp Yarmouk, kamp terbesar bagi para pengungsi Palestina di Damaskus, ibu kota Suriah, pria yang mengenyam pendidikan di bidang teknologi informasi itu mengemban misi untuk menghubungkan warga Palestina yang tinggal di luar negeri dengan budaya tradisional mereka.
Di rumahnya yang terletak di wilayah pedesaan di Damaskus, al-Rakoui telah mendirikan sebuah bengkel kerja. Di sana, dia membuat berbagai karya seni, seperti ukiran peta Palestina yang bersejarah, model masjid Kubah Batu di Yerusalem, serta ornamen-ornamen lain yang berhubungan dengan budaya Palestina.
Dia juga bekerja sama dengan para desainer dan penjahit guna merancang berbagai pola dan bentuk untuk syal Keffiyeh Palestina yang terkenal serta thobe dan gaun tradisional wanita Palestina yang cocok untuk pesta pernikahan dan acara-acara seremonial.
“Saat ini, para pengungsi Palestina ingin memiliki sesuatu yang berkaitan dengan Palestina, yang dapat menghubungkan kami dengan tanah air kami, menghidupkan kembali ingatan kami, dan mengajarkan anak-anak kami bahwa inilah Palestina. Bagaimanapun juga, kami adalah pengungsi, dan kami harus kembali ke negara kami,” ujarnya kepada Xinhua di bengkel kerjanya.
Al-Rakoui, bersama dengan ayahnya, Muhammad, seorang pelukis terkenal yang memfokuskan karyanya pada penggambaran perasaan diaspora Palestina, telah membawa narasi tersebut ke panggung dunia dengan memamerkan karya seni mereka di berbagai pameran internasional.
Dia mengatakan bahwa permintaan untuk produk mereka meningkat selama krisis yang sedang berlangsung di Gaza karena simpati masyarakat terhadap situasi tersebut.
Alih-alih menjadi kegiatan komersial semata, al-Rakoui yakin bahwa pekerjaan mereka merupakan sebuah komitmen sebagai warga negara Palestina.
Terlepas dari kesulitan yang mereka hadapi di Suriah, terutama setelah pecahnya perang saudara di sana, mereka sebagai pengungsi Palestina terus berupaya untuk mempertahankan warisan dan identitas mereka, ujarnya.
“Kami ingin pekerjaan ini menjadi upaya yang berkelanjutan dan bertahan lama. Sebagai pengungsi Palestina, kami mempertahankan warisan dan identitas kami sebagai warga Palestina,” katanya.
Laporan: Redaksi