Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Presiden Bank Dunia David Malpass menyatakan pihaknya telah menggelontorkan dana mencapai 157 miliar dolar AS untuk menangani pandemik COVID-19, terutama bagi negara-negara berkembang.

“Bank Dunia (menggelontorkan) senilai 157 miliar dolar AS untuk COVID-19, ini belum pernah terjadi sebelumnya. Itu (dana) adalah pertumbuhan tercepat dan terbesar dalam sejarah kami,” katanya dalam agenda Presidensi G20 Indonesia di Jakarta, Kamis.

Malpass menjelaskan dana itu digunakan untuk membantu negara-negara mengevaluasi kesenjangan kapasitas kesehatan, membiayai sistem kesehatan, mengamankan vaksin, dan menyediakan vaksinasi bagi negara-negara termiskin.

Dia menuturkan, pembiayaan dari Bank Dunia sampai pekan lalu telah membantu 67 negara untuk membeli vaksin lebih dari setengah miliar dosis dan memperkuat sistem kesehatan.

Penguatan sistem kesehatan ini meliputi pelatihan tenaga kerja, peningkatan kesadaran publik, kampanye, logistik, penyediaan jarum suntik, dan paket pengujian.

Banner

“Kesiapsiagaan dan pembangunan untuk masa depan adalah inti dari misi bank dunia melalui proyek-proyek kesehatan yang komprehensif,” ujarnya, seraya menegaskan bahwa Bank Dunia bekerja untuk memperkuat sistem kesehatan di lebih dari 100 negara dengan portofolio aktif senilai total 30 miliar dolar AS.

Selain itu, Internasional Finance Corporation (IFC) turut aktif membantu memperluas produksi vaksin di pasar negara berkembang terutama di Afrika serta menyediakan peralatan dan pasokan yang sangat dibutuhkan, meliputi vaksin dan alat pelindung melalui platform kesehatan global senilai 4 miliar dolar AS.

Bank Dunia juga telah bekerja sama dengan mitra internasional dan regional seperti UNICEF, WHO, Gavi dan Covax (mekanisme global untuk akses vaksin), Uni Afrika, dan PAHO (Pan American Health Organization).

Malpass mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan negara-negara di Afrika, kelompok-kelompok dan badan-badan regional untuk memperkuat pengawasan terhadap penyakit, sistem peringatan dini, kapasitas pengujian laboratorium serta pengembangan sumber daya manusia.

Salah satu kerja sama dengan Afrika adalah peningkatan sistem pengawasan penyakit regional yang mendukung 16 negara di Afrika Tengah dengan pembiayaan dari International Development Association (IDA) dan International Bank for Reconstruction and Development (IBRD).

“Kami juga mendukung African Centres for Disease Control and Preventaion (Africa CDC) yang dibentuk setelah terjadinya krisis Ebola,” kata Malpass.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan