Jakarta (Indonesia Window) – Orang yang memiliki antibodi COVID-19 tingkat tinggi mungkin terinfeksi, namun tanpa gejala, kata Alexei Mazus, spesialis HIV dari Kementerian Kesehatan Rusia dan Departemen Kesehatan Masyarakat Moskow pada Senin (1/3), menurut Kantor Berita TASS.
“Ada tren saat ini untuk mengukur tingkat antibodi. Saya akan mengatakan bahwa titer antibodi sangat bersyarat. Begitu seseorang memiliki titer, titer memberikan kemungkinan perlindungan, dan orang dengan tingkat titer tinggi mungkin mengidap penyakit dalam beberapa hari-hari tanpa gejala,” jelasnya.
Dia melanjutkan, seseorang dengan tingkat titer yang rendah mungkin tidak akan pernah tertular infeksi dan memiliki kekebalan yang cukup serius.
“Namun, tingkat antibodi tidak menunjukkan perlindungan total terhadap penyakit tersebut,” tegas Mazus.
Laman resmi George Mason University menyebutkan bahwa titer antibodi adalah uji laboratorium yang mengukur kehadiran atau jumlah antibodi dalam darah. Titer bisa digunakan untuk pembuktian imunitas terhadap penyakit.
Titer antibodi dilakukan dengan mengambil sampel darah dan diujikan. Jika hasil tes positif atau di atas nilai tertentu, artinya individu yang diuji telah memiliki imunitas. Jika hasil tes negatif atau ekuivokal (tidak cukup imunitas), berarti individu tersebut perlu divaksinasi.
Laporan: Redaksi