Banner

Degradasi hutan hujan tropis ancam dunia

Ilustrasi. (Gagandeep Singh on Unsplash)

Bekasi, Jawa Barat (Indonesia Window) – Penyimpan gas rumah kaca terbesar di dunia dengan cepat menghilang, memupuskan harapan untuk mencegah terjadinya bencana perubahan iklim.

Hutan hujan tropis menjadi habitat setengah spesies hidup di dunia, dan memiliki curah hujan sepanjang tahun. Namun manusia menghancurkan hutan hujan tropis lebih cepat daripada jenis hutan lainnya.

Jika dirata-ratakan tingkat kerusakan global pada tahun 2019, setiap dua menit terjadi 135.042 meter persegi penggundulan hutan hujan tropis.

Kerusakan hutan hujan tropis begitu luas sehingga sulit dibayangkan manusia. Suatu penghitungan oleh yayasan lingkungan hidup Norwegia, Rainforest Foundation Norway, yang dikutip dari Reuters pada Rabu (27/10) menemukan bahwa area hutan tropis seukuran negara Prancis dihancurkan antara tahun 2002 dan 2019.

Dalam data deforestasi global tahun 2019, setiap hari Bumi kehilangan rata-rata 97 kilometer persegi hutan hujan karena deforestasi. Setiap pekan, 683 kilometer persegi hutan hujan gundul.

Banner

Sepanjang 2019, hutan seluas 35.523 kilometer persegi gundul. Dalam 18 tahun, sepanjang 2002-2019, 585.118 kilometer persegi gundul.

Sisa 14 persen dari deforestasi hutan hujan tropis, seluas 82.957 kilometer persegi, mencakup 59 negara.

Amerika Selatan, Afrika sub-Sahara dan pulau-pulau di Asia Tenggara adalah rumah bagi hutan hujan tropis terbesar di dunia.

Hutan hujan Afrika Tengah sebagian besar terletak di Republik Demokratik Kongo, sedangkan hutan hujan di Pulau Kalimantan dan Sumatera sebagian besar berada di bawah yurisdiksi Malaysia dan Indonesia.

Namun, penebangan dan konversi lahan, terutama untuk pertanian, telah memusnahkan 34 persen hutan hujan tropis tua asli dunia, dan mendegradasi 30 persen lainnya. Hal ini membuat sumber daya alam ini lebih rentan terhadap kebakaran dan kematian di sepanjang kawasan tepi hutan.

Dengan hilangnya hutan hujan, manusia juga kehilangan jasa lingkungan yang membantu membuat planet ini layak huni.

Banner

Kanopi hutan yang lebat menahan kelembaban dari hujan dan mengembalikan uap air ke atmosfer, mendorong hujan terjadi secara terus menerus. Siklus ini melestarikan air di wilayah tersebut. Saat kanopi menipis, sinar matahari mendapat akses ke lantai hutan dan mengeringkannya sehingga lebih rentan terhadap kebakaran hutan.

Hutan yang gundul atau menipis dapat berubah menjadi hutan kering, sabana atau jenis bioma lainnya, yang tidak lagi memberikan manfaat bagi kehidupan di Bumi.

Laporan: Raihana Radhwa

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan