Banner

China tegaskan dukung upaya akhiri perang di Ukraina dengan bantuan kemanusiaan

Ilustrasi. Pemimpin Rusia mengatakan, Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina. (Max Kukurudziak on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – China menegaskan sikapnya yang menolak semua tindakan yang dapat memicu ketegangan terkait konflik yang sedang berlangsung di Ukraina, kata Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di Amerika Serikat, kepada TASS.

“Apa yang diberikan China ke Ukraina adalah pasokan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan seperti makanan, susu formula, kantong tidur, selimut, dan tikar anti lembab,” katanya. “Sebaliknya, apa yang diberikan AS ke Ukraina adalah senjata mematikan.”

“China mendukung semua upaya yang kondusif untuk meredakan situasi dan penyelesaian politik. Dan China menentang tindakan seperti mengipasi api atau menambahkan bahan bakar ke api yang dapat meningkatkan situasi dan kontraproduktif dengan resolusi politik,” lanjut diplomat itu.

Menurut Liu Pengyu, Beijing mendukung promosi negosiasi dan memiliki sikap konstruktif mengenai penyelesaian damai konflik Ukraina.

“Ada manfaat sejarah yang kompleks dalam masalah Ukraina,” katanya. “China telah secara independen membuat keputusan dan menjelaskan posisinya dengan sikap yang objektif dan adil berdasarkan manfaat dari masalah itu sendiri.”

Banner

“China bukan pihak yang terkait langsung dengan masalah ini, tetapi telah berkomitmen untuk mempromosikan pembicaraan damai dan memainkan peran konstruktif dalam mengejar penyelesaian krisis secara damai,” menurut diplomat itu.

Pada 21 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pengakuan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk. Rusia mengakui republik Donbass sesuai dengan konstitusi DPR (Donetsk People’s Republic) dan LPR (Lugansk People’s Republic) dalam batas-batas wilayah Donetsk dan Lugansk pada awal 2014.

Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada 24 Februari bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para kepala Republik Donbass, dia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus di Ukraina. Pemimpin Rusia itu menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina, seraya menegaskan bahwa operasi itu ditujukan untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina.

Setelah itu, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara lain mengumumkan bahwa mereka menjatuhkan sanksi terhadap individu dan bisnis Rusia.

Sumber: TASS

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan