Negara-negara G7 akan mengesankan negara-negara mitra bahwa kenaikan harga pangan adalah hasil dari tindakan Rusia bukan sanksi Barat.
Jakarta (Indonesia Window) – Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada para sekutu AS pada Ahad (26/6), “kita harus tetap bersama” lawan Rusia ketika para pemimpin G7 berkumpul untuk pertemuan puncak yang isunya didominasi oleh perang di Ukraina dan dampaknya terhadap pasokan pangan dan energi serta ekonomi global.
Pada awal pertemuan G7 yang digelar di Pegunungan Alpen Bavaria, empat dari negara-negara kaya Kelompok Tujuh bergerak untuk lawan Rusia, yakni dengan cara melarang impor emas Rusia guna memperketat sanksi yang menekan Moskow dan memotong sarananya untuk membiayai invasi atas Ukraina.
Tetapi tidak jelas apakah ada konsensus G7 mengenai rencana tersebut, dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan masalah itu perlu ditangani dengan hati-hati dan didiskusikan lebih lanjut.
Inggris, Amerika Serikat, Jepang dan Kanada menyetujui larangan impor emas baru Rusia, kata pejabat Inggris, Ahad (26/6).
Inggris mengatakan larangan itu ditujukan untuk orang kaya Rusia yang telah membeli safe-haven emas untuk mengurangi dampak finansial dari sanksi Barat. Tahun lalu, ekspor emas Rusia tercatat senilai 15,5 miliar dolar AS.
Para pemimpin G7 yang beranggotakan Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Italia, dan Kanada, juga melakukan pembicaraan “sangat konstruktif” tentang kemungkinan pembatasan harga minyak Rusia, kata sumber pemerintah Jerman.
Seorang pejabat kepresidenan Prancis mengatakan, Paris akan mendorong pembatasan harga minyak dan gas, serta terbuka untuk membahas usulan AS.
Para pemimpin G7 memang menyetujui janji untuk mengumpulkan 600 miliar dolar AS dana swasta dan publik bagi negara-negara berkembang buat melawan pengaruh China yang semakin besar dan melunakkan dampak melonjaknya harga pangan dan energi.
Tuan rumah G7 Kanselir Jerman Olaf Scholz mengundang Senegal, Argentina, Indonesia, India, dan Afrika Selatan sebagai negara mitra di KTT tersebut. Banyak negara di belahan dunia selatan mengkhawatirkan kerusakan tambahan dari sanksi Barat terhadap Rusia.
Oxfam dan kelompok kampanye lainnya mengatakan, rasa sakit dari lonjakan harga pangan untuk negara-negara berkembang adalah “mendalam”.
Mereka ingin para pemimpin G7 mengenakan pajak atas keuntungan perusahaan yang berlebihan guna membantu mereka yang terkena krisis pangan, membatalkan utang negara-negara termiskin dan mendukung negara-negara berkembang yang tengah berjuang melawan krisis pangan dan perubahan iklim.
Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan, negara-negara G7 akan mengesankan negara-negara mitra bahwa kenaikan harga pangan adalah hasil dari tindakan Rusia bukan sanksi Barat.
Pejabat dari beberapa negara G7, termasuk Jerman dan Inggris, mendorong pengabaian sementara mandat biofuel untuk memerangi kenaikan harga pangan, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Tetapi Jerman memperkirakan usulan itu gagal mendapatkan dukungan G7 karena perlawanan AS dan Kanada, kata seorang pejabat pemerintah kepada Reuters, Ahad (26/6).
Laporan: Redaksi