Bahan bakar pesawat berkelanjutan (sustainable aviation fuel/SAF) memiliki potensi untuk mengurangi emisi karbon hingga 80 persen sepanjang siklus hidup bahan bakar tersebut, menjadikannya alternatif yang layak untuk energi penerbangan ramah lingkungan.
Beijing, China (Xinhua) – Sebuah perusahaan China berhasil mengembangkan bahan bakar pesawat berkelanjutan (sustainable aviation fuel/SAF), yang akan segera tersedia secara komersial. Produk berkelanjutan ini menandai langkah pionir bagi produksi massal SAF di negara tersebut, menurut surat kabar Science and Technology Daily.
Junheng Biology merupakan perusahaan petrokimia swasta yang berlokasi di Provinsi Henan, China tengah. Setelah fase penelitian dan pengembangan selama lima tahun, perusahaan ini berhasil mengubah minyak limbah dapur menjadi biodiesel dan SAF dengan menggunakan teknologi bahan bakar hayati ramah lingkungan dan rendah karbon yang dikembangkan secara mandiri, papar Direktur Eksekutif Junheng Biology Zhang Zhenhui.
SAF merupakan jenis bahan bakar pesawat baru yang memadukan bahan bakar jet ramah lingkungan yang diproduksi secara hayati dengan bahan bakar konvensional dengan proporsi tertentu. Teknologi ini memiliki potensi untuk mengurangi emisi karbon hingga 80 persen sepanjang siklus hidup bahan bakar tersebut, menjadikannya alternatif yang layak untuk energi penerbangan ramah lingkungan.
“Junheng Biology merupakan perusahaan swasta pertama di China yang memperoleh persetujuan kelaikan udara SAF yang dikeluarkan oleh Administrasi Penerbangan Sipil China (Civil Aviation Administration of China/CAAC),” kata seorang pejabat CAAC.
Pejabat itu menyoroti kontribusi Junheng Biology terhadap produksi SAF, seraya mengatakan bahwa perusahaan tersebut tidak hanya menjamin pasokan SAF di masa depan, tetapi juga menjadi tolok ukur bagi perusahaan swasta lainnya untuk berkontribusi terhadap tujuan pembangunan ramah lingkungan di sektor penerbangan sipil.
Selain itu, Junheng Biology memimpin dalam pengembangan katalis dengan ketahanan air dan ketahanan asam tinggi, serta teknologi hydrotreating limbah hewan dan minyak nabati. Produk-produk terkait diekspor ke Uni Eropa, dengan pendapatan operasional melebihi 2,2 miliar yuan atau sekitar 300 juta dolar AS pada 2023.
Dengan pesatnya perkembangan industri penerbangan sipil, permintaan bahan bakar pesawat semakin meningkat, sedangkan sejumlah besar emisi gas rumah kaca yang dihasilkan selama proses pembakaran telah menghambat kemajuan dekarbonisasi industri ini.
Oleh karena itu, CAAC menjadikan SAF sebagai fokus utama untuk penghematan energi dan pengurangan emisi jangka menengah dan panjang, serta untuk realisasi pembangunan ramah lingkungan.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (International Air Transport Association/IATA) memperkirakan bahwa 65 persen pengurangan karbon di sektor penerbangan akan tercapai melalui penggunaan SAF per tahun 2050. Berbagai terobosan teknologi SAF akan menjadi jalur penting bagi transformasi rendah karbon di sektor penerbangan global.
Sementara itu, sederet perusahaan minyak di seluruh dunia ikut terjun ke dalam bisnis SAF. Mereka melaksanakan pembangunan dan pengoperasian proyek SAF di banyak kawasan di dunia, mengindikasikan bahwa SAF akan menjadi bagian tak terpisahkan dari bisnis pasokan energi para raksasa minyak internasional.
Pada April 2023, nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) untuk kerja sama ditandatangani oleh raksasa industri Amerika Serikat Honeywell dan Zona Perdagangan Bebas Tianjin China guna membangun basis produksi SAF unggulan di China utara. Langkah ini bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat terhadap SAF, menurut perusahaan tersebut.
*1 yuan = 2.183 rupiah
**1 dolar AS = 15.656 rupiah
Laporan: Redaksi