Banner

Presiden Prancis Macron terima pengunduran diri PM Attal

Foto dokumentasi ini menunjukkan Presiden Prancis Emmanuel Macron (pertama dari kanan) menyapa Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal di Paris, Prancis, pada 20 Maret 2024. (Xinhua/Henri Szwarc)

Attal mengajukan pengunduran dirinya kepada Macron pada 8 Juli setelah partai yang berkuasa gagal mendapatkan suara mayoritas dalam pemilihan umum (pemilu) legislatif yang digelar lebih awal (snap legislative elections).

 

Paris, Prancis (Xinhua/Indonesia Window) – Presiden Prancis Emmanuel Macron menerima pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Prancis Gabriel Attal, namun memintanya untuk tetap menjabat sebagai kepala pemerintahan sementara sampai pemerintahan baru terbentuk, demikian diumumkan kantor kepresidenan Prancis pada Selasa (16/7).

“Agar periode ini dapat berakhir secepatnya, semuanya bergantung pada kekuatan Partai Republik untuk bekerja sama membangun kesatuan dalam proyek dan aksi untuk melayani rakyat Prancis,” menurut Elysee dalam sebuah pernyataan pers.

Sebagai pemerintahan sementara, Attal beserta tim pemerintahannya hanya dapat mengawasi aktivitas normal yang berjalan di pemerintahan, dan melakukan intervensi dalam keadaan darurat.

Menggantikan Elisabeth Borne, Attal ditunjuk sebagai perdana menteri pada 9 Januari di usia 34 tahun, menjadi orang termuda yang menduduki jabatan tersebut dalam sejarah Republik Prancis Kelima.

Banner

Attal mengajukan pengunduran dirinya kepada Macron pada 8 Juli setelah partai yang berkuasa gagal mendapatkan suara mayoritas dalam pemilihan umum (pemilu) legislatif yang digelar lebih awal (snap legislative elections). Namun, Macron memintanya untuk tetap menduduki posisinya “untuk saat ini” guna menjamin stabilitas Prancis.

Attal mengajukan pengunduran dirinya
Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadiri parade militer tahunan Hari Bastille di Paris, Prancis, pada 14 Juli 2024. (Xinhua/Henri Szwarc)

Pada Kamis (18/7), para deputi yang sudah terpilih diperkirakan akan memilih ketua Majelis Nasional yang baru. Menurut undang-undang pemilu Prancis, menteri yang masih menjabat tidak dapat memberikan suara mereka. Namun, dengan diterimanya pengunduran diri tersebut, Attal dan para menterinya yang terpilih sebagai deputi kini dapat memberikan suara dalam pemilihan ketua Majelis Nasional.

Aliansi pemenang pemilu legislatif, New Popular Front (NFP), belum bisa mengajukan calon perdana menteri berikutnya. Keputusan Macron pun dipandang sebagai upaya untuk mendapatkan suara bagi ketua Majelis Nasional yang berhaluan sentris atau sayap kanan.

Dalam dua putaran pemilu legislatif yang digelar pada 30 Juni dan 7 Juli, koalisi sentris Macron menempati posisi kedua dengan 163 kursi, tertinggal dari aliansi partai sayap kiri NFP yang memperoleh suara mayoritas relatif dengan 182 kursi di Majelis Nasional yang beranggotakan 577 orang.

Presiden Prancis itu mengumumkan pembubaran Majelis Nasional pada 9 Juni dan menyerukan pemilu legislatif baru setelah koalisi partai Renaissance yang dipimpinnya mengalami kekalahan telak dalam pemilu Parlemen Eropa.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan