Banner

Sedikitnya 45 orang tewas dalam pelanggaran Israel terhadap gencatan senjata dengan Lebanon

Sejumlah tentara Lebanon terlihat di Khiam, Lebanon, pada 12 Desember 2024. Tentara Lebanon, berkoordinasi dengan misi penjaga perdamaian Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (United Nations Interim Force in Lebanon/UNIFIL), memperluas pengerahan pasukannya di Kota Khiam, Lebanon tenggara, dan sekitarnya pada Kamis (12/12), sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk mengamankan daerah di sebelah selatan Sungai Litani, demikian menurut sumber militer. (Xinhua/Ali Hashisho)

Pelanggaran Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata termasuk membombardir desa-desa perbatasan, memasang jebakan di rumah-rumah, menghancurkan lingkungan permukiman, dan memblokade jalanan.

 

Beirut, Lebanon (Xinhua/Indonesia Window) – Sedikitnya 45 orang tewas antara 27 November hingga 22 Desember 2024 dalam berbagai pelanggaran Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata, demikian menurut sumber dari militer Lebanon pada Ahad (29/12).

Selama periode itu, militer Israel juga menahan 17 orang dari kota-kota di perbatasan, yang semuanya merupakan warga sipil yang bekerja di bidang pertanian dan peternakan, tutur sumber yang tidak mau disebutkan namanya tersebut.

Pelanggaran-pelanggaran itu mencakup serangan udara, penerbangan drone dan pesawat di Lebanon timur dan selatan, serangan artileri, rentetan tembakan senapan mesin, penyerbuan, penghancuran jalanan dan ladang pertanian, pemasangan pembatas dari tanah, serta pembakaran dan perusakan kendaraan, urai sumber tersebut.

Menurut perkiraan dari Kementerian Luar Negeri Lebanon, antara 27 November hingga 22 Desember, Israel telah melancarkan lebih dari 816 serangan darat dan udara terhadap Lebanon, membombardir desa-desa perbatasan, memasang jebakan di rumah-rumah, menghancurkan lingkungan permukiman, dan memblokade jalanan.

Banner

Candice Ardell, deputi direktur kantor media Pasukan Sementara PBB di Lebanon (United Nations Interim Force in Lebanon/UNIFIL), pada Minggu menyampaikan Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) menginformasikan kepada tentaranya bahwa keselamatan pasukan penjaga perdamaian tidak dapat dijamin di sekitar area Taybeh, dan patroli harus menghindari area tersebut.

“Keselamatan pasukan penjaga perdamaian merupakan prioritas utama, dan kami tidak akan melakukan hal apa pun yang menempatkan mereka pada risiko yang tidak perlu,” demikian ditekankan Ardell.

“Kami mengingatkan kepada IDF perihal kewajiban mereka berdasarkan Resolusi 1701 untuk menjamin keselamatan pasukan penjaga perdamaian dan memastikan keleluasaan pergerakan mereka di seluruh area operasi UNIFIL di Lebanon selatan,” imbuhnya.

Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (28/12), Kementerian Pertanian Lebanon menuturkan bahwa serangan Israel baru-baru ini telah menghancurkan dan meluluhlantakkan proyek penggandaan benih yang dibangun di Wadi al-Hujayr pada 2020 melalui dukungan dari Program Pangan Dunia (World Food Program) dan pendanaan dari Uni Eropa.

Gencatan senjata itu, yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Prancis, mulai diterapkan pada 27 November, yang bertujuan untuk menghentikan pertempuran antara Israel dan Hizbullah yang telah berlangsung selama hampir 14 bulan.

Ketentuan perjanjian gencatan senjata termasuk penarikan pasukan Israel dari wilayah Lebanon dalam waktu 60 hari, dengan tentara Lebanon dikerahkan di perbatasan Lebanon-Israel dan di wilayah selatan, mengambil alih keamanan di sana, serta melarang keberadaan senjata dan militan.

Banner

Meski ada penerapan gencatan senjata, pasukan Israel terus melancarkan serangan di Lebanon, kendati intensitasnya berkurang secara signifikan, dengan beberapa serangan menyebabkan jatuhnya korban jiwa di Lebanon selatan dan timur.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan