Banner

Tim ilmuwan restorasi profil kaisar China kuno via analisis genetik

Gambar yang dirilis pada 28 Maret 2024 ini menunjukkan gambar Yuwen Yong, Kaisar Wu Dinasti Zhou Utara (557-581) yang dipimpin oleh kelompok etnis Xianbei, yang berhasil direstorasi. (Xinhua/Li Yibo)

Arkeologi molekuler dapat menghidupkan kembali sejarah, dengan satu-satunya tantangan saat ini adalah kemampuan untuk mendapatkan data genom berkualitas tinggi masyarakat zaman dahulu.

 

Shanghai/Xi’an, China (Xinhua) – Sebuah tim ilmuwan China berhasil merampungkan profil genetik seorang kaisar etnis minoritas China kuno via analisis genom, demikian menurut para arkeolog setempat.

Kaisar Wu dari Dinasti Zhou Utara (557-581) yang dipimpin oleh kelompok etnis Xianbei, juga dikenal sebagai Yuwen Yong, merupakan seorang pemimpin ambisius yang wafat pada usia 36 tahun. Dia berasal dari kelompok etnis nomaden Xianbei, dengan asal-usul dari Dataran Tinggi Mongolia.

Tengkorak dan tulang belulangnya ditemukan dalam sebuah ekskavasi yang dilakukan pada 1994 dan 1995 di situs makamnya. Dengan menghabiskan waktu selama enam tahun untuk mempelajari DNA yang ditemukan di jasadnya, tim ilmuwan yang dipimpin oleh Wen Shaoqing dari Institut Ilmu Arkeologi Universitas Fudan, berhasil mengungkap ciri-ciri fisik utama sang kaisar, termasuk warna rambut, kulit, dan matanya.

Wajah yang telah direkonstruksi menunjukkan bahwa Yuwen Yong memiliki rambut hitam, kulit kuning, dan mata cokelat, sementara penampilannya menunjukkan tipikal orang dari timur atau timur laut Asia. Hal ini berbeda dengan apa yang dibayangkan oleh beberapa orang mengenai penampilan masyarakat kelompok etnis Xianbei.

“Banyak orang meyakini bahwa kaisar tersebut memiliki penampilan yang eksotis, tetapi hasilnya sangat berbeda dengan ekspektasi mereka,” ujar Wen, yang adalah seorang lektor kepala. “Dia memiliki hubungan genetik yang paling dekat dengan sampel Khitan dan Heishui Mohe kuno serta populasi Daur dan Mongolia modern, tetapi juga menunjukkan kesamaan lainnya dengan para petani Sungai Kuning zaman kuno.”

Penampilan masyarakat kelompok etnis Xianbei telah menjadi topik yang kontroversial, dengan beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa kelompok tersebut memiliki karakteristik janggut tebal, rambut kuning, dan hidung yang menonjol. Catatan sejarah lainnya menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan penampilan antara masyarakat kelompok etnis Xianbei dan masyarakat etnis lain di timur laut Asia. “Temuan kami lebih sesuai dengan sudut pandang kedua,” kata Wen.

Makam kaisar tersebut ditemukan pada 1993 di sebuah desa yang berada di Kota Xianyang, Provinsi Shaanxi, China barat laut.

Dengan menganalisis data genom Yuwen Yong, tim Wen juga menemukan bahwa sebagian besar komponen leluhurnya, sekitar 61 persen, berasal dari masyarakat Asia Timur Laut kuno. “Penelitian kami telah mengungkapkan keragaman genetik di antara individu etnis Xianbei kuno yang ada di berbagai daerah. Pembentukan kelompok etnis Xianbei kemungkinan merupakan proses dinamis yang dipengaruhi oleh percampuran dengan populasi di sekitarnya,” ujar Wen.

Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa kaisar ini kemungkinan meninggal karena keracunan arsenik kronis akibat penggunaan pelet dalam jangka panjang, yang diyakini oleh masyarakat kuno untuk mencapai kehidupan abadi.

Para arkeolog yakin penelitian tentang Yuwen Yong merupakan kunci untuk memahami integrasi etnis dalam sejarah China, terutama integrasi populasi etnis Han yang menjadi mayoritas dan kelompok-kelompok etnis nomaden utara.

Upaya penelitian ini juga dianggap sebagai sebuah terobosan dalam studi arkeologi, terutama karena melimpahnya bahan penelitian yang tersedia di China.

“Arkeologi molekuler dapat menghidupkan kembali sejarah, dengan satu-satunya tantangan saat ini adalah kemampuan untuk mendapatkan data genom berkualitas tinggi masyarakat zaman dahulu,” tutur Wen.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan