China dan Korea Selatan telah mencapai perkembangan yang komprehensif dan pesat dalam kerja sama di berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, budaya, dan keamanan, hanya dalam waktu 30 tahun.
Jakarta (Indonesia Window) – Hubungan bilateral antara China dan Korea Selatan (Korsel) berada pada titik awal baru yang menjanjikan banyak peluang kerja sama di masa mendatang, demikian disampaikan seorang peneliti senior China dalam sebuah wawancara.
Wang Junsheng, seorang peneliti di bidang hubungan internasional dari Akademi Ilmu Sosial China, menyampaikan komentar tersebut di saat China dan Korsel memperingati 30 tahun hubungan diplomatiknya tahun ini.
“Hanya dalam 30 tahun, China dan Korsel telah mencapai perkembangan yang komprehensif dan pesat dalam kerja sama di berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, budaya, dan keamanan,” ujar Wang.
Selama periode tersebut, hubungan itu telah menghasilkan dividen yang nyata bagi kedua negara, katanya. China dan Korsel terus memperdalam rasa saling percaya dalam hal politik dan menjadi mitra kerja sama strategis. Perdagangan antara kedua negara tumbuh lebih dari 50 kali lipat, dan jumlah investasi bersama telah melampaui angka 100 miliar dolar AS. Pada 2019, jumlah perjalanan penumpang antara China dan Korsel tercatat melebihi angka 10 juta.
Wang juga menyoroti komplementaritas yang tinggi antara kedua ekonomi. Dia mengatakan bahwa di pasar ekonomi global yang berubah dengan cepat, China, sebagai pasar yang sangat besar dengan permintaan domestik yang kuat, sangat menarik bagi perusahaan-perusahaan Korsel.
Wang mengatakan bahwa dirinya memperkirakan perdagangan bilateral akan kembali mengalami lonjakan menyusul pemberlakuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) sebelumnya pada tahun ini dan kemajuan substansial yang dicapai dalam pembicaraan perdagangan bebas China-Korsel.
Dia juga memperkirakan adanya kerja sama di pasar pihak ketiga dan industri baru seperti 5G dan ekonomi digital. Menurutnya, area-area baru tersebut akan membuka lebih banyak peluang bagi kedua negara.
Di tengah pergeseran ke arah pembangunan yang lebih hijau, China bertekad untuk mencapai puncak emisi karbon dioksida sebelum 2030 dan mencapai netralitas karbon sebelum 2060. Tak jauh berbeda, Korsel telah berkomitmen untuk mencapai nol emisi gas rumah kaca pada 2050. Tujuan yang sama dalam upaya mewujudkan pembangunan ramah lingkungan juga akan membangun fondasi yang kokoh bagi kerja sama di masa mendatang, menurut Wang.
Ke depannya, Wang berharap lebih banyak langkah akan diambil untuk memperkuat pertukaran antara pemerintah daerah, wadah pemikir (think tank), media, dan organisasi nonpemerintah guna mempererat persahabatan antara masyarakat di kedua negara.
Terlepas dari ketidakpastian yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 dan turbulensi regional, peneliti China itu optimistis tentang prospek dari kerja sama bilateral antara kedua negara itu.
“Saya rasa hubungan China-Korsel akan menjadi lebih erat dalam 30 tahun ke depan atau lebih,” ujarnya. “Kedua negara harus selalu menjadi tetangga yang baik, teman yang baik, dan mitra yang baik.”
*1 dolar AS = 15.314 rupiah
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi