Banner

Allah Sang “Bodyguard”

Ilustrasi. (ARadhwa)

Aku masih ingin tahu siapa “menciptakan” Allah ﷻ. Walau tak bisa kulihat wajah-Nya, seperti manusia, tapi aku yakini bahwa Allah ﷻ Maha Bisa segalanya.

Aku ingat pernah nonton video pendek tentang Muhammad Ali. Dia petinju berkulit hitam dari Amerika Serikat yang terkenal di seluruh dunia.

Ada wartawan bertanya padanya,”Siapa bodyguard-mu?”

Lalu Muhammad Ali menjawab, “Dia tidak mempunyai mulut tapi bisa berbicara. Dia tidak punya mata, tapi bisa melihat. Dia tidak punya telinga, tapi bisa mendengar.  Dia tidak punya hidung tapi bisa hidup.”

“Siapa Dia? Dia ada dimana-mana. Dia mendengar apa yang sedang kita bicarakan, bahkan Dia tahu apa rahasia di benakmu. Dialah Allah. Bodyguard-ku adalah Allah (ﷻ),” ucap Muhammad Ali.

Aku suka jawabannya karena ternyata dia baru saja kembali kepada fitrahnya memeluk Islam saat itu.

Nabi Ibrahim ‘alaihi salam

Aku juga tahu cerita Nabi Ibrahim ‘alaihi salam yang dari kecil tidak pernah keluar rumah.

Suatu saat ia dibolehkan keluar rumah. Kemudian ia seakan-akan berdialog dengan dirinya sendiri, “Siapa Tuhanku?”

“Apakah matahari?”

“Ya Matahari!”, jawab Nabi Ibrahim ‘alaihi salam pada dirinya sendiri.

Namun, saat ia keluar di senja hari dan melihat ke arah langit, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam tidak menemukan matahari.

“Tidak mungkin Tuhan menghilang!”. Kira-kira begitulah serunya pada diri sendiri.

Saat malam tiba, ia keluar lagi dan melihat bulan bercahaya.

Saking elok dan terangnya bulan itu bercahaya, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam pun mengira bulan itulah Tuhan dia.

Namun ketika pagi dia melihat ke langit dan tidak menemukan bulan, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam pun kembali kecewa karena tak mungkin Tuhan menghilang.

Ia pun terus berpikir tentang siapa Tuhannya, hingga akhirnya Nabi Ibrahim ‘alaihi salam mengetahui siapa Dia.

“Tuhan pastilah yang menciptakan bulan, matahari, dan bintang. Pokoknya seluruh semesta alam pastilah diciptakan oleh Tuhan.” Demikian pikiran Nabi Ibrahim ‘alaihi salam.

Ia pun memberi tahu sang ayah. Namun ayahnya menolak kebenaran itu, dan tetap menyembah patung-patung berhala dari batu dan kayu yang dibuat oleh dirinya sendiri.

Patung tuhan

Pernah juga kudengar ada kaum yang membuat patung tuhan dari tepung roti.

Konyolnya, saat mereka kehabisan bekal di padang pasir, patungnya malah dimakan. Bayangkan, manusia memakan tuhannya sendiri!

Aku geli membayangkan tuhan yang mereka sembah, tapi kok malah dimakan karena mereka kelaparan.

Makanya aku pun semakin paham bahwa Tuhannya orang Islam itu bentuknya tidak seperti manusia, hewan, atau benda apapun. Pokoknya tidak seperti yang kita bayangkan.

Tapi, kenapa tidak semua orang menyembah Tuhannya Islam? Kenapa ada orang masih menyembah tuhan yang ada bentuknya seperti kaum Nabi Ibrahim ‘alaihi salam?

Orangtuaku menyuruhku membaca sebuah buku karangan seorang cendikiawan Turki, Fethullah Gulen. Tapi bahasanya susah.

Kata ayah dan ibuku, “Tunggulah besar sikit baru paham.”

Padahal aku penasaran, maunya sekarang saja.

Penulis: ARadhwa Sagena Hasyim (murid kelas 6 SD, tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur)

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan