Banner

Aliran masuk modal asing berlanjut, capai 2 miliar dolar AS

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Agustus 2021 di Jakarta, Kamis (19/8/2021). (BI/YouTube/tangkapan layar)

Jakarta (Indonesia Window) – Aliran masuk modal asing berlanjut dalam bentuk investasi portofolio, mencapai net inflows sebesar 2 miliar dolar AS pada Juli hingga 16 Agustus 2021, menurut Bank Indonesia (BI).

“Ketidakpastian pasar keuangan global sedikit menurun sejalan prospek perekonomian dunia yang membaik,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Agustus 2021 di Jakarta, Kamis.

Banner

Menurut dia, kondisi tersebut mendorong masuknya aliran modal global ke negara berkembang, termasuk Indonesia, dan mendukung penguatan mata uang di berbagai negara.

Realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2021 di berbagai negara menunjukkan perbaikan yang berlanjut, didukung oleh akselerasi vaksinasi dan stimulus kebijakan.

“Tetap kuatnya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, kawasan Eropa, dan China, diperkirakan dapat menopang prospek perekonomian global ke depan,” tutur Perry.

Banner

Hal tersebut dipastikan dengan kinerja indikator dini pada Juli 2021 seperti Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur, keyakinan konsumen, dan penjualan eceran di negara-negara tersebut yang tetap kuat.

Perry menerangkan, volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga diprakirakan terus meningkat, sehingga tetap mendukung kuatnya kinerja ekspor negara berkembang.

Karenanya, nilai tukar rupiah pun berhasil menguat 0,89 persen secara rerata dan 0,63 persen secara point to point pada 18 Agustus 2021, dibandingkan dengan level Juli 2021, karena meningkatkanya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.

Banner

Meski demikian, Perry mengatakan sampai dengan 18 Agustus 2021 rupiah masih mencatat depresiasi sekitar 2,24 persen secara tahun kalender atau year to date (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2020.

Namun, penurunan kurs rupiah relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti peso Filipina, ringgit Malaysia, dan baht Thailand.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan