Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Syeikh Utsaimin berkata bahwa, “Beramal shalih seperti puasa selama 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah sangat istimewa dan lebih Allah cintai daripada melakukan amal tersebut pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Akan tetapi kebanyakan orang lalai dari hal ini. Mereka melewati 10 hari pertama Dzulhijjah seperti hari-hari biasa.” (Asy-Syarhul Mumti’ jilid 6, hal. 470)
Lantas mengapa 10 hari pertama Dzulhijjah sangat istimewa? Berikut ini adalah 10 alasannya.
- Allah ﷻ bersumpah dengan menyebutkan sepuluh hari bulan Dzulhijjah. Tidaklah Allah bersumpah dengan sesuatu melainkan karena ada hikmah yang agung di balik waktu tersebut. Allah ﷻ berfirman, “Demi fajar, dan malam yang sepuluh” (T.QS Al Fajr: 1-2).
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud adalah 10 hari bulan Dzulhijjah.
Hadits Nabi ﷺ dari Jabir radhiyallahu’anhu, “Sesungguhnya yang dimaksud dengan 10 itu adalah 10 pada bulan Al Adha (bulan Dzulhijjah –pen), dan yang dimaksud dengan “ganjil” adalah hari Arafah, dan yang dimaksud dengan “genap” adalah hari raya Idul Adha. (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)
- Allah mencintai amalan shalih yang dikerjakan pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ, “Tidak ada hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini (10 awal Dzulhijjah –pen).” Para sahabat bertanya, “Tidak pula jihad fii sabiilillaah?” Beliau bersabda, “Iya. Tidak pula jihad fii sabiilillaah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid –pen).” (HR. Al Bukhari)
Ibnu Hajar mengatakan terkait syarah (penjelasan) hadits di atas, “Yang terlihat bahwa sebab keistimewaan 10 hari pertama Dzulhijjah adalah karena berkumpulnya pokok-pokok ibadah di dalamnya, yaitu sholat, puasa, sedekah, dan haji, dan ini tidak terjadi pada waktu selainnya.”
- Termasuk bulan haram yang Allah ﷻ muliakan. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya waktu itu berputar sebagaimana keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun ada 12 bulan. Di antara bulan-bulan tersebut ada empat bulan yang haram. Tiga bulan berturut-turut, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Al Muharram, (dan yang terakhir –pen) Rajab Mudhar, yaitu bulan di antara bulan Jumaada dan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari)
- Allah telah menyempurnakan agama Islam pada bulan Dzulhijjah yaitu saat Nabi ﷺ melakukan haji wada’ pada hari Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah.
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian, dan Aku telah meridhai Islam itu agama bagi kalian.” (T.QS. Al Maidah: 3)
- Puasa Arafah bagi yang tidak melaksanakan haji pada tanggal 9 Dzulhijjah memiliki keutamaan bagi Umat Islam sehingga sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Nabi ﷺ bersabda, “Puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu, dan puasa Arafah itu dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. An Nasaa’i)
- Tanggal 9 Dzulhijjah adalah saat berkumpulnya Umat Islam dari seluruh penjuru dunia untuk melakukan wukuf (berdiam diri dengan memperbanyak dzikir dan doa) di padang Arafah.
Dengan banyaknya keutamaan pada 10 hari pertama Dzulhijjah, maka sudah seharusnya kita mengagungkan dan memuliakan hari-hari ini dengan banyak beramal shalih yang terbaik, yakni puasa, sholat, sedekah, membaca Al-Quran, dzikir (tahmid, takbir, tahlil), berkurban, aji dan umrah, serta berdoa.
Ingatlah, bahwa amal shalih pada 10 hari pertama Dzulhijjah lebih Allah ﷻ cintai daripada jihad di jalan Allah. Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Apabila sesuatu itu lebih dicintai oleh Allah, maka sesuatu tersebut lebih utama di sisi-Nya.”
Laporan: Nayz