Banner

Jepang mulai buang air laut ke terowongan pelepasan limbah nuklir Fukushima

Orang-orang berunjuk rasa untuk memprotes rencana pemerintah Jepang membuang air yang terkontaminasi nuklir ke laut, di Tokyo, Jepang, pada 16 Mei 2023. (Xinhua/Zhang Xiaoyu)

Air yang terkontaminasi nuklir dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang lumpuh mulai dibuang ke laut melalui terowongan bawah air, kendati tindakan Jepang ini telah menuai penolakan keras dari dalam dan luar negeri.

 

Tokyo, Jepang (Xinhua) – Jepang mulai membuang air laut ke terowongan bawah air yang dibangun untuk pelepasan air yang terkontaminasi nuklir ke laut dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang lumpuh, seperti dilaporkan media setempat pada Selasa (6/6).

Tokyo Electric Power Company (TEPCO), operator PLTN itu, menyampaikan bahwa proses tersebut dimulai pada Senin (5/6) sore waktu setempat, menurut lembaga penyiaran nasional Jepang NHK.

Kendati rencana Jepang untuk membuang air radioaktif ke laut telah menuai penolakan keras dari dalam dan luar negeri, langkah pada Senin itu dilakukan tanpa adanya pemberitahuan awal.

Dikatakan TEPCO, terowongan yang strukturnya telah rampung dibangun pada April itu diperkirakan akan diisi sekitar 6.000 ton air laut pada sekitar Selasa siang waktu setempat. Setelah terisi air, terowongan itu akan menyalurkan air yang terkontaminasi nuklir dari PLTN tersebut ke titik sekitar satu kilometer di lepas pantai.

Banner

Sistem pembuangan air itu hampir rampung, kecuali reservoir yang akan menyimpan air yang terkontaminasi nuklir sebelum dilepaskan, kata perusahaan tersebut, seraya menambahkan bahwa pihaknya berencana merampungkan seluruh pekerjaan konstruksi pada akhir bulan ini.

Terlepas dari ketidakpastian dan bahaya yang mengkhawatirkan perihal zat radioaktif seperti tritium di dalam air, Jepang telah bergegas untuk membuang air yang terkontaminasi itu ke laut, yang memicu protes dari sejumlah kelompok sipil setempat serta negara-negara tetangga dan masyarakat di Kepulauan Pasifik.

Diguncang oleh gempa bumi bermagnitudo 9,0 dan disusul tsunami pada 11 Maret 2011, PLTN Fukushima Daiichi mengalami peleburan (meltdown) inti reaktor yang melepaskan radiasi, sehingga mengakibatkan kecelakaan nuklir level 7, level tertinggi berdasarkan Skala Kejadian Nuklir dan Radiologi Internasional (International Nuclear and Radiological Event Scale).

PLTN itu telah menghasilkan air yang tercemar zat-zat radioaktif dalam jumlah yang sangat besar dari proses pendinginan bahan bakar nuklir di dalam bangunan reaktor tersebut. Air limbah itu saat ini disimpan di dalam sekitar 1.000 tangki penyimpanan.

Pada April 2021, pemerintah Jepang mengumumkan rencana kontroversialnya untuk membuang air limbah ke Samudra Pasifik, dan menyampaikan pada Januari 2023 bahwa proses pembuangan itu akan dimulai “pada musim semi atau panas.”

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan