Banner

Kenya resmikan Tsavo West Rhino Sanctuary, suaka konservasi badak terbesar di dunia

Anggota Dinas Margasatwa Kenya (Kenya Wildlife Service/KWS) melepasliarkan seekor badak hitam yang direlokasi di Konservasi Segera di Laikipia, Kenya, pada 24 Mei 2025. (Xinhua/Wang Guansen)

Tsavo West Rhino Sanctuary di Kenya mencakup area seluas 3.200 kilometer persegi yang menampung lebih dari 200 ekor badak, menjadikannya suaka badak terbesar di dunia.

 

Nairobi, Kenya (Xinhua/Indonesia Window) – Presiden Kenya, William Ruto, baru-baru ini meresmikan Tsavo West Rhino Sanctuary yang telah diperluas, yang merupakan suaka konservasi badak terbesar di dunia.

Ruto mengatakan situs tersebut, yang awalnya hanya memiliki tiga ekor badak 40 tahun silam, kini menampung lebih dari 200 ekor badak dan diharapkan dapat menggenjot pariwisata serta memperkuat perlindungan spesies.

“Ini akan secara langsung memajukan target nasional kita, yaitu 1.450 ekor badak pada 2030 dan 2.000 ekor badak pada 2037,” tuturnya dalam upacara peresmian pada Selasa (9/12) di Taita Taveta, Kenya tenggara.

Menurut Ruto, dengan ruang yang lebih luas, keamanan yang lebih kuat, peningkatan keanekaragaman genetik, dan densitas yang lebih rendah, Kenya kini siap menaikkan tingkat pertumbuhan tahunan populasi badak hitam dari 5 persen menjadi 8 persen.

Banner

Kini mencakup area seluas 3.200 kilometer persegi, Tsavo West Rhino Sanctuary merupakan suaka badak terbesar di dunia dan menjadi salah satu langkah maju yang signifikan untuk konservasi satwa liar, ketahanan iklim, dan pertumbuhan ekonomi berbasis alam, paparnya.

Ruto menggambarkan perluasan tersebut sebagai investasi nasional strategis yang menyatukan perlindungan satwa liar, keamanan nasional, aksi iklim, dan pembangunan berkelanjutan.

“Saat ini, Kenya menjadi rumah bagi sekitar 2.100 ekor badak, termasuk 1.060 ekor badak hitam, 1.040 ekor badak putih selatan, dan dua ekor badak putih utara terakhir di dunia. Kami melindungi hampir 78 persen populasi badak hitam Afrika timur di dunia. Ini bukan sekadar pencapaian konservasi; ini tanggung jawab kedaulatan yang memiliki signifikansi global,” papar Ruto.

Suaka konservasi yang telah diperluas tersebut menyatukan 150 ekor badak hitam dari Ngulia Sanctuary dan 50 ekor badak lainnya dari Tsavo West Intensive Protection Zone, menciptakan populasi pendiri (founder population) sebanyak 200 ekor hewan, yang merupakan populasi badak hitam utuh terbesar di Kenya, menurut Layanan Margasatwa Kenya (Kenya Wildlife Service/KWS).

KWS menyebutkan suaka yang telah diperluas tersebut memulihkan keseimbangan ekologis, mendukung pertumbuhan populasi jangka panjang, serta memperkuat posisi Tsavo sebagai destinasi konservasi dan pariwisata terkemuka.

Ruto mengungkapkan lanskap Tsavo dulunya mendukung lebih dari 8.000 ekor badak hitam sebelum perburuan liar mengurangi populasinya menjadi kurang dari 20 ekor pada 1989, sebuah masa krisis yang mendorong pembentukan KWS.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan