Perjanjian Gencatan Senjata tahun 1974 yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menetapkan zona penyangga demiliterisasi antara Israel dan Suriah, gugur atau tidak berlaku lagi.
Yerusalem, Wilayah Palestina yang diduduki (Xinhua/Indonesia Window) – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pada Ahad (8/12) mengumumkan bahwa Perjanjian Gencatan Senjata tahun 1974 yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menetapkan zona penyangga demiliterisasi antara Israel dan Suriah, gugur atau tidak berlaku lagi.
Pernyataan tersebut disampaikan Netanyahu saat berkunjung ke Gunung Bental di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel, sebuah area pemantauan yang menghadap ke perbatasan Suriah. Dalam kesempatan itu, dia didampingi Israel Katz, menteri pertahanan Israel.
Sang PM menambahkan bahwa jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad telah “memicu reaksi berantai di seluruh Timur Tengah.”
Netanyahu menyebut jatuhnya pemerintahan Suriah membuka “peluang-peluang baru yang sangat signifikan bagi Israel,” sembari memperingatkan risiko yang ditimbulkan oleh situasi tersebut.
Dia mengungkapkan dirinya telah memerintahkan pasukan Israel untuk memasuki zona penyangga dan mengambil posisi untuk mencegah entitas-entitas yang bermusuhan menguasai daerah tersebut. “Kami tidak akan membiarkan kekuatan musuh apa pun membangun diri di perbatasan kami,” katanya, dalam sebuah pesan yang tampaknya ditujukan kepada Hayat Tahrir al-Sham, kelompok yang memimpin serangan pemberontak di Suriah.
Netanyahu berjanji Israel akan memantau perkembangan dengan saksama dan “melakukan apa pun yang diperlukan demi melindungi perbatasan kami dan memastikan keamanan kami.” Dia juga menyatakan harapannya untuk “penerapan kebijakan bertetangga yang baik” dengan Suriah.
Sementara itu, Katz mengatakan dirinya telah menginstruksikan Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF), dengan persetujuan kabinet, untuk “mengambil kendali atas zona penyangga dan area-area kunci guna menjamin perlindungan bagi semua komunitas Israel di Dataran Tinggi Golan, baik Yahudi maupun Druze, agar mereka tidak terekspos ancaman dari pihak lain.”
Sejak terlibat konflik dengan Hizbullah di Lebanon pada Oktober tahun lalu, Israel telah meningkatkan serangan udaranya di Suriah, dan mengeklaim menargetkan milisi dan aktivitas yang terafiliasi dengan Iran dan Hizbullah.
Laporan: Redaksi