CDC Afrika: Kasus mpox di Afrika nyaris capai 30.000

Seorang warga yang terjangkit mpox dirawat di sebuah rumah sakit di pinggiran Goma, Provinsi Kivu Utara, Republik Demokratik (RD) Kongo timur, pada 19 Agustus 2024. (Xinhua/Str)

Kasus mpox di Afrika telah meningkat menjadi 29.152, termasuk 6.105 kasus terkonfirmasi dan 738 kematian, sejak awal 2024.

 

Addis Ababa, Ethiopia (Xinhua/Indonesia Window) – Jumlah kasus mpox di Afrika telah meningkat menjadi 29.152, termasuk 6.105 kasus terkonfirmasi dan 738 kematian, sejak awal 2024, demikian disampaikan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Africa Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Afrika.

Saat berbicara dalam sebuah konferensi pers daring khusus mengenai wabah mpox di sejumlah negara di Afrika pada Kamis (19/9) malam waktu setempat, Direktur Jenderal CDC Afrika Jean Kaseya mengatakan benua tersebut melaporkan 2.912 kasus baru pada pekan lalu saja, termasuk 374 kasus terkonfirmasi dan 14 kematian, sehingga total kasus yang dilaporkan tahun ini menjadi 29.152.

Menurut Kaseya, kasus-kasus tersebut dilaporkan dari 15 negara Afrika di keseluruhan lima wilayah di benua itu. Dia mencatat bahwa pergerakan lintas perbatasan, malnutrisi, dan aktivitas seks yang tidak aman merupakan di antara faktor-faktor risiko utama penularan mpox.

Seorang anak yang terjangkit mpox terlihat di wilayah Nyiragongo dekat Goma, Provinsi Kivu Utara, Republik Demokratik (RD) Kongo, pada 15 Agustus 2024. (Xinhua/Zanem Nety Zaidi)

Pada pertengahan Agustus, CDC Afrika menyatakan wabah mpox yang sedang terjadi di Afrika sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Mengancam Keamanan Benua (Public Health Emergency of Continental Security/PHECS). Tak lama setelah itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan mpox sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC), mengaktifkan peringatan global level tertinggi untuk mpox, kedua kalinya dalam kurun waktu dua tahun.

Belum lama ini, CDC Afrika juga mengumumkan peluncuran rencana respons kontinental gabungan dengan WHO. Rencana enam bulan tersebut, yang berlangsung dari September 2024 hingga Februari 2025, memiliki estimasi anggaran hampir 600 juta dolar AS. Dari total anggaran itu, 55 persen dialokasikan untuk upaya respons mpox di negara-negara yang terdampak, sementara 45 persen sisanya diarahkan untuk dukungan operasional dan teknis melalui organisasi mitra.

Mpox, yang juga dikenal sebagai cacar monyet (monkeypox), pertama kali terdeteksi pada sekelompok monyet laboratorium pada 1958. Mpox dipercaya ditularkan dari binatang liar, seperti tikus, ke manusia atau melalui kontak antara manusia. Mpox adalah penyakit virus yang langka yang umumnya menyebar melalui cairan tubuh, percikan (droplet) pernapasan, dan materi-materi lainnya yang terkontaminasi. Infeksi mpox umumnya menyebabkan demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

*1 dolar AS = 15.287 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan