Low-altitude economy merupakan konsep ekonomi yang mengandalkan wilayah udara berketinggian rendah, dengan sektor penerbangan umum memainkan peran yang dominan.
Beijing, China (Xinhua) – Hingga akhir 2023, skala ekonomi ketinggian rendah (low-altitude economy) China diperkirakan mencapai lebih dari 500 miliar atau sekitar 70 miliar dolar AS, dengan skalanya diprediksi akan meningkat hingga 2 triliun yuan per 2030 mendatang, menurut Administrasi Penerbangan Sipil China (Civil Aviation Administration of China/CAAC).
Dalam sebuah konferensi pers pada Rabu (28/2), Wakil Kepala CAAC Han Jun menyampaikan bahwa sebagai sebuah industri strategis yang sedang berkembang, low-altitude economy memiliki rantai industri yang panjang, yang mencakup berbagai sektor seperti penelitian dan pengembangan (litbang) dan manufaktur pesawat, pembangunan dan pengoperasian infrastruktur penerbangan ketinggian rendah, serta layanan penerbangan.
Han menuturkan bahwa CAAC mendorong pembangunan sistem layanan penerbangan ketinggian rendah dan berupaya menyederhanakan prosedur aplikasi dan persetujuan untuk rencana penerbangan ketinggian rendah. CAAC juga akan menyediakan dukungan bagi perusahaan-perusahaan untuk melaksanakan proyek percontohan distribusi logistik drone di sejumlah provinsi termasuk Jiangxi, Guangdong, Shaanxi, dan Sichuan.
Low-altitude economy merupakan konsep ekonomi yang mengandalkan wilayah udara berketinggian rendah, dengan sektor penerbangan umum memainkan peran yang dominan. Konsep itu melibatkan berbagai sektor ekonomi, seperti penerbangan ketinggian rendah, pariwisata udara, transportasi penumpang, layanan penerbangan umum, penelitian ilmiah, pendidikan, dan sebagainya.
Menurut data CAAC, hingga akhir 2023, jumlah perusahaan penerbangan umum di China mencapai 689, dengan 3.173 unit pesawat penerbangan umum telah terdaftar dan 451 bandar udara penerbangan umum telah didirikan.
*1 yuan = 2.177 rupiah
**1 dolar AS = 15.673 rupiah