Banner

Tantangan Gen Z dibahas mendalam di ‘talk show’ komunitas Muslimah

Pembahasan tentang identitas Gen Z tersebut berikut tantangan yang dihadapi oleh generasi yang dilahirkan antara 1997 dan 2013 itu dibahas dalam acara gelar wicara ‘GenZi Talk’ pada 18 Februari 2024, di KoatKafe, Dinoyo, Malang, Jawa Timur. (Foto: Istimewa)

Gen Z harus berhadapan dengan berbagai tekanan yang, jika tidak ditangani dengan baik, dapat membuat mereka menjadi sangat rapuh.

 

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Meskipun memiliki sejumlah sifat positif seperti melek teknologi, mandiri, kreatif, dan penuh rasa ingin tahu, Gen Z harus berhadapan dengan berbagai tekanan yang, jika tidak ditangani dengan baik, dapat membuat mereka menjadi sangat rapuh.

Pembahasan tentang identitas Gen Z tersebut berikut tantangan yang dihadapi oleh generasi yang dilahirkan antara 1997 dan 2013 itu dibahas dalam acara gelar wicara ‘GenZi Talk’ pada 18 Februari lalu di KoatKafe, Dinoyo, Malang, Jawa Timur.

Laporan tertulis mengenai kegiatan tersebut yang diterima di Bogor, Kamis, menyebutkan bahwa acara itu dihadiri oleh sekitar 60 remaja dan mahasiswa.

Acara yang diselenggarakan oleh komunitas Muslimah di Malang tersebut dipandu oleh Iranti Mantasari, M.Si yang merupakan ibu muda yang aktif dalam membina komunitas Muslimah, serta menghadirkan Tatik, PhD, akademisi dan pembina komunitas dakwah bagi remaja dan mahasiswa.

Banner

“Gen Z saat ini menghadapi beragam tekanan yang bersumber dari media sosial, ketidakpastian ekonomi, dan isu-isu sosial, yang senantiasa membuat mereka diliputi dengan kecemasan. Diskusi ini menjadi penting karena mayoritas penduduk dunia saat ini adalah Gen Z,” ujar Tatik.

“Sebagai khalifah fil Ardh (pemimpin di Bumi), mereka memiliki peran besar. Oleh karena itu, dukungan diperlukan untuk memperkuat dan meneguhkan identitas mereka,” imbuhnya.

Talk show tersebut juga mengeksplorasi cara menguatkan identitas Gen Z di era digital.

“Teknologi dan digitalisasi memberikan tekanan yang signifikan, sehingga penting untuk memahami tujuan hidup, konsep qadha dan qadar atau takdir, serta menjauhi gaya hidup hedonis. Menggunakan teknologi secara bijak, memilih lingkungan yang mendukung, dan menyadari potensi serta peran mereka dalam masyarakat menjadi kunci untuk memperkuat identitas Gen Z,” jelasnya.

Acara talk show tersebut diselingi dengan pertunjukan puisi yang menyentuh, menggambarkan kondisi pemuda di Palestina.

Pertunjukan tersebut memfokuskan perhatian para peserta pada perbedaan identitas, dengan pertanyaan: ‘Mengapa pemuda Palestina mampu menghadapi tantangan dengan begitu kuat, sementara pemuda Muslim di tempat lain yang tidak terlibat dalam konflik justru terlihat rapuh, mudah stres, bahkan nekat mengakhiri hidup?’

Banner

Menanggapi pertanyaan tersebut, Tatik membangkitkan kesadaran para peserta bahwa mereka sedang berada dalam medan perang pemikiran dan digital.

“Pemuda Palestina sadar bahwa mereka berada di medan perang sehingga mereka mempersiapkan diri. Sementara pemuda di Indonesia banyak yang tidak menyadari bahwa mereka terjajah oleh pemikiran kapitalistis dan sekuler, berada dalam medan perang pemikiran (ghazwul fikri),” jelasnya.

Dia menambahkan, “Ancaman keterjajahan pemikiran lebih berbahaya karena tidak terasa. Oleh karena itu, Gen Z perlu menyadari peran mereka, meningkatkan pemikiran kritis, memiliki ilmu Islam, dan bersiap untuk menghadapi tantangan zaman dengan kecerdasan dan potensi yang dimiliki.”

Talk show diakhiri dengan meresapi inspirasi dari sejarah pemuda-pemuda hebat dalam dunia Islam yang mencapai prestasi luar biasa di usia muda.

Mereka memiliki visi besar, mendapatkan pendidikan Islam yang baik, menyadari peran dan tanggung jawab, serta bersama-sama bersiap untuk berjuang dalam medan pertempuran di mana mereka berada, dalam rangka mengembalikan kehidupan Islam yang gemilang.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan