Pulau tropis di China selatan, Hainan, memiliki suhu hangat saat musim dingin, dengan suhu sebagian besar di atas 20 derajat Celsius, sehingga menarik banyak burung yang bermigrasi untuk beristirahat dan mencari makan karena iklim dan sumber daya lahan basahnya yang melimpah.
Haikou, China (Xinhua) – Hainan, provinsi pulau tropis di China selatan, memiliki suhu hangat saat musim dingin, dengan suhu sebagian besar di atas 20 derajat Celsius. Pulau ini menarik banyak burung yang bermigrasi untuk beristirahat dan mencari makan karena iklim dan sumber daya lahan basahnya yang melimpah.
Hainan terletak di jalur migrasi burung Asia Timur-Australasia, yang membentang dari timur jauh Rusia dan Alaska di utara, hingga Australia dan Selandia Baru di selatan. Rute ini mencakup 22 negara dan merupakan yang tersibuk di antara semua jalur migrasi.
Pada 2006, KTT Dunia tentang Pembangunan Berkelanjutan menandatangani Kemitraan Jalur Migrasi Asia Timur-Australasia (East Asian-Australasian Flyway Partnership/EAAFP) untuk melindungi burung air yang bermigrasi, habitatnya, dan kesejahteraan manusia yang bergantung pada lahan basah tersebut. Anggota EAAFP meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Rusia, China, Thailand, dan negara lainnya.
Cai Ting, pakar burung, mengatakan kepada Xinhua bahwa saat banyak burung air yang menghabiskan musim dingin (wintering) di Indonesia melewati Hainan dalam migrasi mereka.
Baru-baru ini, pemantauan berkelanjutan selama tiga hari pada burung air yang menghabiskan musim dingin di Hainan dilakukan di banyak area di pulau itu.
Luo Lixiang (50) adalah salah satu pemimpin tim dalam survei tersebut. Dia memimpin tim sukarelawan termasuk siswa sekolah menengah, penjaga hutan, profesor perguruan tinggi, pelindung hewan, dan mahasiswa doktoral. Mereka melakukan survei di tujuh lokasi observasi di Hainan.
Luo adalah seorang penjaga hutan di sebuah taman lahan basah nasional. Rutinitas hariannya meliputi pemantauan burung dan patroli hutan bakau. Survei lapangan yang sering dilakukan telah membuat kulitnya menjadi gelap. Itu alasan dia begitu akrab dengan daratan dan burung.
Di tim Luo, Liu Tao dan Niu Xin bertanggung jawab mencatat jumlah spesies burung. Mereka berdua menempuh studi ekologi di Hainan Normal University mengejar gelar doktor.
Zeng Xiaoqi, profesor di Fakultas Perikanan Universitas Kelautan China, melakukan perjalanan bisnis ke Hainan baru-baru ini. Selama akhir pekan, dia bergabung dalam tim investigasi Luo sebagai sukarelawan dengan kamera lensa telefotonya.
“Awalnya saya hanya mengamati burung di dekat rumah saya. Semakin saya mendalaminya, semakin saya menyukainya. Kemudian, saya pergi ke lebih banyak tempat untuk mengamati dan memotret burung, dan peralatan fotografi saya secara bertahap ditingkatkan dari kamera level pemula menjadi kamera profesional,” tutur Zeng.
Sejak 2001, Zeng telah mengenali hampir 400 spesies burung. Karena kecintaannya tersebut, dia mendirikan Asosiasi Pengamat Burung Qingdao bersama beberapa pecinta burung. Menurut Zeng, pada awal berdirinya, asosiasi ini beranggotakan kurang dari 30 orang, dan kini sudah lebih dari 300 pecinta pengamatan burung yang bergabung.
Dia meyakini bahwa survei burung memberikan data dasar tentang spesies, yang berguna untuk menganalisis penyebab perubahan habitat burung, demi melindungi keanekaragaman hayati dengan lebih baik.
Li Jing adalah seorang direktur operasional Spoon-billed Sandpiper in China (SBS in China), sebuah organisasi yang berfokus pada konservasi keanekaragaman hayati, khususnya burung kedidi paruh sendok dan burung air lainnya di sepanjang Jalur Migrasi Asia Timur-Australasia.
Dia datang dari Shanghai untuk bergabung dalam survei ini untuk menemukan burung kedidi paruh sendok, spesies yang terancam punah secara global dan tertangkap kamera Luo.
Burung kedidi paruh sendok merupakan burung migran yang berkembang biak di timur jauh Rusia. Hanya ada beberapa ratus ekor yang hidup di dunia. Musim dingin ini, seseorang memotret seekor burung kedidi paruh sendok dengan bendera “C2” di kakinya.
Menurut para pakar burung, burung langka tersebut dibiakkan secara buatan di Rusia pada 6 Juli 2021. Burung itu dilepasliarkan ke alam pada 26 Juli pada tahun yang sama.
Burung kedidi paruh sendok telah ditemukan di Hainan selama lima tahun berturut-turut. Burung-burung tersebut menempuh perjalanan migrasi yang panjang. Mereka terbang melintasi beberapa negara dan berhenti untuk beristirahat di berbagai habitat, papar Li.
Bisa tidaknya burung-burung tersebut tiba dengan selamat di tempat tujuan mereka untuk menghabiskan musim dingin bergantung pada upaya bersama negara-negara di sepanjang rute migrasi, imbuh Li.
Cai Ting, direktur proyek Haikou Duotan Wetlands Institute, salah satu penyelenggara survei burung air musim dingin, mengatakan kepada Xinhua bahwa survei tersebut menetapkan total 61 titik pemantauan simultan dan menarik 10 tim survei dengan total partisipasi 91 sukarelawan.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah setempat dan aktivis konservasi terus berupaya melakukan konservasi lahan basah, seperti reklamasi kolam dan perlindungan garis pantai. Lingkungan ekologi habitat utama burung air di Hainan terus membaik.
Hari Lahan Basah Sedunia diperingati setiap tahun pada 2 Februari, dan tema tahun ini adalah ‘Lahan Basah dan Kesejahteraan Manusia’ (Wetlands and Human Wellbeing).
Para pengamat burung mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan seperti pengamatan burung dan konservasi lahan basah. Masyarakat dapat terlibat dalam aktivitas bersih-bersih pantai dan penanaman bakau.
Laporan: Redaksi