Perjalanan ke tepi Antarktika oleh tim peneliti Australia dengan RV Investigator bertujuan mempelajari arus laut hingga enam kilometer di bawah permukaan dan awan dataran rendah.
Jakarta (Indonesia Window) – Sejumlah ilmuwan pemerintah Australia telah memulai perjalanan penelitian selama 60 hari ke Samudra Selatan dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak perubahan iklim.
Tim tersebut, dipimpin oleh badan sains nasional, Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri Persemakmuran (Commonwealth Scientific and Industrial Research/CSIRO) dan Kemitraan Program Antartika Australia (Australian Antarctic Program Partnership/AAPP) yang didanai pemerintah, berangkat pada Jumat (5/1) dengan menaiki kapal penelitian (RV) Investigator milik CSIRO.
Para ilmuwan akan melakukan perjalanan ke tepi Antarktika dalam perjalanan terpanjang dalam 10 tahun sejarah RV Investigator guna mempelajari arus laut hingga enam kilometer di bawah permukaan dan awan dataran rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanda-tanda bagaimana hubungan antara fisika, biogeokimia, plankton, aerosol dan awan mempengaruhi iklim bumi.
Steve Rintoul, salah satu kepala ilmuwan dalam perjalanan dari CSIRO dan AAPP, mengatakan dalam rilis media bahwa laut bertindak sebagai rem tangan terhadap perubahan iklim dengan menyerap sejumlah besar panas dan perubahan iklim.
“Untuk mengantisipasi perubahan iklim dan permukaan laut di masa depan, kita perlu memahami cara kerja Samudra Selatan dan seberapa sensitifnya terhadap perubahan,” ujarnya.
“Hal yang menakjubkan tentang Samudera Selatan adalah segala sesuatunya saling berhubungan. Kita tidak dapat memahami bagaimana wilayah ini memengaruhi iklim kecuali kita mengukur masing-masing bagian dan bagaimana kesesuaiannya dengan bagian lain dari sistem,” terangnya.
Para peneliti Investigator akan berlayar 2.300 km ke selatan menuju tepi Antarktika sebelum kembali ke Fremantle, Australia Barat, pada awal Maret mendatang dalam perjalanan pulang pergi sejauh 9.260 km.
Sumber: CGTN
Laporan: Redaksi