Banner

Kemenlu China sebut Filipina tingkatkan ketegangan di Laut China Selatan

Orang-orang menyambut kedatangan kapal latih Angkatan Laut China Qi Jiguang di Pelabuhan Selatan di Manila, Filipina, pada 14 Juni 2023. (Xinhua)

Situasi Laut China Selatan adalah tantangan geopolitik paling kompleks yang dihadapi dunia, sementara Filipina dan Jepang sedang meningkatkan kolaborasi dan harus melakukan kerja sama trilateral dengan Amerika Serikat.

 

Beijing, China (Xinhua) – China pada Senin (18/12) mengatakan Filipina harus menyadari bahwa mengikatkan diri pada kekuatan besar dan memaksa China untuk mundur dari isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan inti China tidak akan menghasilkan apa-apa.

China tetap berkomitmen untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan melalui dialog dan konsultasi dengan Filipina dan negara-negara ASEAN lainnya. Namun, China tidak akan melemahkan tekadnya demi menjaga kedaulatan teritorial serta hak dan kepentingan maritimnya, kata Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China.

Pernyataan itu dia sampaikan sebagai tanggapan atas komentar baru-baru ini dari Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos, yang dikabarkan mengatakan bahwa China yang lebih tegas merupakan tantangan nyata bagi negara-negara tetangganya di Asia, dan situasi Laut China Selatan adalah tantangan geopolitik paling kompleks yang dihadapi dunia. Marcos juga mengatakan Filipina dan Jepang sedang meningkatkan kolaborasi dan harus melakukan kerja sama trilateral dengan Amerika Serikat.

Wang mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, justru Filipina-lah yang melanggar pemahaman bersama dengan China dan meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan.

Banner

Filipina merupakan pihak yang berupaya mengubah status Ren’ai Jiao saat ini di Laut China Selatan dan menjadikannya sebuah fait accompli (sesuatu yang tidak dapat dipersoalkan lagi), dan Filipina-lah yang dalam setiap kesempatan menggunakan kekuatan eksternal untuk menekan China, kata Wang.

Dia meminta agar Filipina tidak mengabaikan fakta-fakta berikut:

– Filipina berjanji akan menarik kapal perang yang disandarkan secara ilegal di Ren’ai Jiao 24 tahun lalu. Namun 24 tahun kemudian, kapal perang tersebut masih ada di sana.

– China dan Filipina telah sepakat untuk menangani masalah Ren’ai Jiao dengan baik dan dengan demikian menjaga stabilitas di laut.

– Namun, sepanjang tahun ini, Filipina telah menarik kembali kata-katanya dan terus mengirimkan kapal pemerintah dan militer ke perairan Ren’ai Jiao guna memasok bahan-bahan konstruksi untuk perbaikan dan penguatan skala besar pada kapal “yang disandarkan” tersebut dan menduduki Ren’ai Jiao secara permanen.

“Hal inilah yang telah menyebabkan ketegangan antara China dan Filipina,” kata Wang. “Filipina, yang didukung oleh dukungan eksternal, telah mengesampingkan niat baik dan kesabaran China serta berulang kali menantang prinsip-prinsip dan garis merah China.”

Banner

“Ini adalah risiko besar yang dapat meningkatkan ketegangan di laut,” paparnya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan