Stabilitas sistem keuangan Indonesia hingga kuartal ketiga (Q3) tahun ini masih terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global.
Jakarta (Xinhua) – Empat otoritas keuangan Indonesia yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyebut stabilitas sistem keuangan Indonesia hingga kuartal ketiga (Q3) tahun ini masih terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global.
“Perkembangan ini didukung oleh kondisi perekonomian dan sistem keuangan domestik yang tangguh serta koordinasi dan sinergi KSSK yang terus diperkuat,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia Sri Mulyani, yang mengetuai KSSK, dalam konferensi pers pada Jumat (3/11).
Sri Mulyani menegaskan perekonomian Indonesia masih tetap kuat dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini diproyeksikan di level 5,1 persen. Hal ini ditopang oleh konsumsi masyarakat yang masih terjaga serta persiapan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun depan yang diperkirakan dapat memberikan dorongan positif terhadap konsumsi, serta investasi yang tetap tumbuh seiring dengan kelanjutan perampungan berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
Dari sektor perbankan, posisi permodalan masih terjaga dan penyaluran kredit tetap tumbuh positif mendekati 9 persen secara tahunan pada September. Likuiditas industri perbankan dipastikan masih di level yang memadai dengan risiko kredit yang terjaga.
Meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global telah berdampak terhadap kinerja pasar saham Indonesia yang melemah 1,34 persen sejak awal tahun ini. Meski demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang merupakan bagian dari KSSK, menyebut bahwa penghimpunan dana melalui pasar modal tetap positif dengan total dana yang dihimpun oleh korporasi hingga 27 Oktober 2023 lalu sudah melampaui target tahun ini.
Industri asuransi dan dana pensiun masih menunjukkan kinerja positif dengan permodalan yang stabil. Sementara pada perusahaan pembiayaan, pertumbuhan piutang pembiayaan masih di level yang tinggi dengan profil risiko yang terkendali.
Dari sisi nilai tukar mata uang, rupiah melemah 2,34 persen sejak awal tahun ini di tengah penguatan dolar AS. Namun, KSSK menilai koreksi tersebut tidak seburuk pelemahan yang dialami baht Thailand dan ringgit Malaysia. Hal ini berkat upaya Bank Indonesia dalam melakukan stabilisasi rupiah.
Bank sentral itu pada pertemuan pekan lalu mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin demi menjaga rupiah tetap stabil dan meminimalisasi risiko inflasi kembali naik, setelah kenaikan suku bunga terakhir dilakukan pada Januari lalu. Bank sentral itu juga menyiapkan tiga strategi lainnya untuk menjaga nilai tukar rupiah.
Sementara itu, dari sisi keuangan pemerintah, kinerja pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dinilai masih positif, dengan APBN 2023 hingga akhir Q3 tercatat surplus 0,32 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan rasio utang pemerintah terjaga di level 37,95 persen dari PDB.
Meskipun berbagai indikator keuangan terpantau stabil, otoritas keuangan itu memilih tetap waspada mengingat dampak dari meningkatnya ketidakpastian di lingkungan global dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan keuangan di dalam negeri. Upaya terutama dilakukan untuk mengantisipasi pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah, inflasi di banyak negara yang masih tinggi akibat konflik geopolitik dan dampak El Nino, serta kebijakan moneter dengan suku bunga tinggi di berbagai negara yang masih akan bertahan lama.
Laporan: Redaksi