Webinar tersebut dibuka oleh Acep Somantri selaku Konsul Jenderal Republik Indonesia di Frankfurt dan dihadiri antara lain oleh Ketua Umum PERINMA Rizal Tirta.
Frankfurt (Indonesia Window) – Perhimpunan Eropa untuk Indonesia Maju (PERINMA) dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Frankfurt, Jerman, menyelenggarakan webinar untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni.
Dalam siaran pers PERINMA yang diterima Indonesia Window pada Ahad (4/5), webinar itu bertema ‘Save Our Planet: Pembangunan Indonesia dengan Semangat Pelestarian’.
Kegiatan tersebut menitikberatkan pada upaya dan langkah yang harus diperhatikan dan diterapkan, baik oleh pemerintah maupun organisasi nirlaba dan para pengusaha, guna menjaga kelestarian lingkungan hidup di Indonesia, khususnya pada masa pembangunan, dalam upaya eksplorasi, eksploitasi dan pengelolaan sumber daya alam di Tanah Air, termasuk pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial.
Webinar yang dibuka oleh Acep Somantri selaku Konsul Jenderal Republik Indonesia di Frankfurt tersebut dihadiri oleh Ketua Umum PERINMA Rizal Tirta, Wakil Ketua Umum PERINMA Sakaria Wielgosz, dan berbagai perwakilan dari organisasi nirlaba di Indonesia dan masyarakat diaspora Indonesia di berbagai negara di Eropa.
Dalam sambutannya, Acep Somantri mengatakan bahwa agenda prioritas pembangunan Indonesia menitikberatkan pada akselerasi peningkatan kapasitas ekonomi Indonesia dengan nilai tambah yang tinggi.
Agenda tersebut dicapai melalui program hilirisasi, baik di sektor manufaktur maupun pertanian, yang sejalan dengan perkembangannya dan aspek pelestarian lingkungan hidup yang mau tidak mau harus berjalan beriringan dengan agenda pembangunan di sektor ekonomi.
Ia juga menyampaikan bahwa Pemerintah RI memastikan prioritas agenda pembangunan nasional tersinkronisasi dan berjalan beriringan dengan komitmen pelestarian lingkungan.
Komitmen Indonesia antara lain menaikkan target ‘Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC)’, pengurangan emisi karbon dari 21 persen menjadi 31,98 persen atau setara dengan 912 juta ton CO2 pada tahun 2030 secara mandiri.
Target ENDC Indonesia ini akan lebih tinggi hingga 43,20 persen di tahun 2030 dengan dukungan internasional.
Komitmen pelestarian lingkungan yang tinggi dan diikuti oleh potensi energi terbaharukan yang dapat dioptimalisasi dalam pengembangan kapasitas pembangunan nasional telah mendapatkan pengakuan dan dukungan oleh pihak internasional.
Salah satu contohnya adalah bahwa Indonesia dan Jerman memiliki kerja sama ‘Green Infrastructure Initiative (GII)’ senilai 2,5 miliar euro untuk periode 2021 – 2026.
Contoh lainnya adalah bahwa Indonesia mendapat kepercayaan menjadi bagian dari ‘Just Energy Transition Plan (JET-P)’ yang merupakan dukungan negara G7 untuk program phase-out PLTU dengan nilai mencapai 20 miliar dolar AS untuk periode tiga hingga lima tahun.
Dalam pelaksanaannya, telah banyak langkah konkret yang dijalankan, yakni Indonesia mampu menekan laju deforestasi secara signifikan, antara lain melalui rehabilitasi tiga juta hektar lahan kritis dan penurunan 82 persen kebakaran hutan, terendah dalam 20 tahun terakhir.
Selain itu adalah program rehabilitasi 600 ribu hektar hutan bakau yang akan selesai pada 2024 dan merupakan yang terluas di dunia.
Webinar itu menghadirkan dua narasumber utama, yakni Husni Suwandhi, selaku Ketua Departemen Lingkungan Hidup dan Energi Baru Terbarukan, dan Imee Oktiara Tjoeng M. Eng, Konsultan Independen yang bergerak di bidang lingkungan hidup.
Di dalam presentasinya, kedua narasumber memberikan sorotan pada aturan dan harapan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, termasuk kendala-kendala yang dihadapi Indonesia untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan 3R (reduce, reuse, recyle) yakni mengurangi, menggunakan ulang, atau mendaur ulang, terkait penggunaan plastik yang masih terus menjadi fokus penting dalam urusan pelestarian lingkungan.
Selain itu, penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan juga menjadi poin penting dalam diskusi webinar itu seperti pemanfaatan energi solar, angin dan energi terbarukan lainnya.
Narasumber juga menyampaikan suatu gagasan agar tersedianya ‘Environmental Audit’ yang berperan mengevaluasi kepatuhan dan keberhasilan pengelolaan lingkungan berdasarkan standar yang diacu.
Narasumber juga mengutarakan masalah-masalah yang kerap dihadapi dalam upaya pemenuhan peraturan terkait lingkungan hidup, seperti mengenai standar yang digunakan sebagai ukuran hijau untuk industri yang sering kali menjadi ambigu.
Masalah utama lainnya adalah keterbatasan biaya dan sumber daya manusia yang sering kali menjadi dasar persoalan lingkungan.
Pelaksanaan aturan yang sering kali kurang dipaksakan dan tidak memiliki efek jera membuat banyak pihak mengabaikan ketaatan terkait aturan pelestarian lingkungan hidup.
Ini adalah masalah berat yang menjadi kendala, tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di seluruh dunia, oleh karena teknologi hijau padat teknologi membutuhkan biaya yang relatif besar.
Dalam program tanya jawab, salah satu peserta yang hadir adalah perwakilan organisasi nirlaba Masyarakat Peduli Ciliwung (Mat Peci) yang menyampaikan bahwa Sungai Ciliwung dan sungai-sungai lainnya di Jakarta sudah lebih bersih, tetapi masih memiliki kendala terkait keberlanjutannya mengingat hal ini membutuhkan kerja sama dari semua pihak, termasuk dari kota-kota di sekitar yang menjadi hulu dari sungai tersebut, untuk memastikan agar sampah tidak dibuang di sungai dan akhirnya mengalir ke Jakarta.
Perserta lainnya adalah dr. Michael Leksodimulyo, yang dikenal sebagai dokter spesialis gelandangan.
Dia menuturkan bahwa di beberapa daerah di Indonesia, kesadaran akan lingkungan hidup sudah cukup tinggi sehingga beberapa rumah tangga mulai memisahkan sampah plastik dari sampah organik rumah tangga.
Hanya disayangkan, pemisahan sampah ini tidak didukung oleh infrastruktur yang memadai, seperti penyediaan truk pengangkut sampah yang belum membedakan jenis sampah ketika pengangkutan, sehingga pemisahan sampah rumah tangga tersebut menjadi sia-sia.
Webinar yang direncanakan berlangsung hanya dua jam ini selesai melebihi waktu oleh karena diskusi menarik yang berkesinambungan, dan ini merupakan suatu hal positif bagi PERINMA bahwasa semangat untuk melestarikan lingkungan hidup di Indonesia dimiliki oleh banyak pihak.
Webinar itu menghasilkan suatu harapan agar dapat terbangun suatu sistem pengawasan lingkungan yang terintegrasi sesuai dengan standar yang disepakati dan hasilnya dapat dipublikasikan secara umum kepada masyarakat luas, sehingga evaluasi pelaksanaan pelestarian lingkungan hidup dapat diketahui oleh banyak pihak dan pelaksanaannya memiliki dampak tuntutan sosial yang lebih tinggi bagi para pengusaha dan pelaksana industri.
Di samping itu, kolaborasi dan sinergi dengan mitra internasional di bidang pelestarian lingkungan secara inklusif dengan pembangunan harus terus berlanjut dan semakin intensif untuk tercapainya Indonesia Emas 2045.
Laporan: Redaksi