Banner

Alasan di balik Washington tidak mendukung gencatan senjata di Ukraina

Foto yang diabadikan pada 4 Agustus 2022 ini menunjukkan Gedung Putih dan rambu tanda berhenti di Washington DC, Amerika Serikat. (Xinhua/Liu Jie)

Oleh penulis Xinhua Guo Yage

Gencatan senjata di Ukraina ditentang oleh Amerika Serikat, karena dianggap itu akan memungkinkan Rusia “memulai kembali serangan”, namun ini jelas menunjukkan bahwa Washington tidak ingin mengakhiri konflik yang selama ini didukung AS dengan sebegitu gencarnya dan semakin memanas.

Beijing, China (Xinhua) – Presiden China Xi Jinping akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Rusia pada 20-22 Maret atas undangan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Kunjungan Xi ke Rusia akan menjadi perjalanan persahabatan, kerja sama, dan perdamaian, demikian disampaikan Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada Jumat (17/3) dalam konferensi pers harian.

Wang juga menegaskan kembali posisi China terkait krisis Ukraina yang sedang berlangsung, mengatakan bahwa “China akan terus menjunjung tinggi tujuan dan posisinya yang adil dalam krisis Ukraina serta memainkan peran konstruktif dalam mendorong pembicaraan damai.”

Secara mengejutkan, atau tidak, Jubir Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Kirby memberikan tanggapan dengan mengatakan bahwa Washington menentang kemungkinan seruan China untuk gencatan senjata di Ukraina karena itu akan memungkinkan Rusia “memulai kembali serangan.”

Tidak peduli apa yang akan dilakukan AS untuk mempertahankan posisinya, komunitas internasional kini dapat dengan mudah melihat bahwa Washington tidak ingin mengakhiri konflik yang selama ini didukung AS dengan sebegitu gencarnya dan semakin memanas.

Banner

Selain itu, AS tampaknya tidak ingin adanya solusi politik untuk krisis tersebut, juga tidak ingin adanya kemungkinan bagi kedua belah pihak untuk berdamai.

Meskipun Washington selalu berupaya menggambarkan dirinya sebagai simpatisan dengan pihak yang lemah, tetapi tentu saja itu bukanlah Washington yang sebenarnya. Faktanya adalah AS, bersama para sekutunya, mengirimkan bantuan-bantuan militer ke Ukraina. Alih-alih menghentikan konflik, mereka membiarkan penduduk Ukraina yang dilanda konflik terus menderita akibat krisis yang mengerikan tersebut sampai titik darah penghabisan.

Gencatan senjata di Ukraina
Orang-orang melakukan inspeksi setelah insiden pembombardiran baru-baru ini di pasar kota di Donetsk, Ukraina, pada 12 Desember 2022. (Xinhua/Victor)

AS mungkin tampak berdarah dingin dan bahkan tindakan mereka bertentangan dengan kata-kata mereka. Namun, jika Anda melihat lebih dalam mengapa demikian, Anda akan dapat mengetahui bahwa AS sebenarnya menganggap krisis tersebut sebagai bisnis yang dapat menghasilkan banyak uang.

Untuk lebih spesifik, Washington, dengan memperpanjang konflik dapat melemahkan Rusia dan memaksa Eropa untuk lebih mengandalkan AS dalam masalah keamanan sehingga dapat mengonsolidasikan hegemoninya, serta AS juga bisa mendapat keuntungan yang besar dari krisis tersebut. Sejumlah berita terbaru yang mengklaim bahwa AS bertanggung jawab atas ledakan pipa gas Nord Stream juga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas.

Menurut data terbaru dari firma riset pasar Kepler, dalam konteks krisis yang meningkat di Ukraina, jalur pipa transmisi gas alam dari jaringan pipa gas Rusia-Eropa telah dibatasi, dan permintaan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) di Uni Eropa melonjak.

Secara khusus, impor LNG Uni Eropa dari AS meningkat 23,59 juta ton dibandingkan pada 2021, naik 154 persen secara tahunan (year on year).

Banner

Dunia menjadi sangat menderita karena AS yang egois dan mementingkan diri sendiri. Akibat konflik tersebut, Ukraina harus kehilangan banyak hal, penduduk Eropa terseret ke dalam kesengsaraan, dan dunia dipaksa untuk terpecah oleh perbedaan ideologis. Selain itu, krisis pangan, energi, dan keuangan yang dipicu oleh konflik terus menimbulkan malapetaka.

Kini semakin jelas bahwa untuk mengejar kepentingannya sendiri, Washington dapat melakukan apa pun, seperti menghentikan upaya perdamaian dan menentang gencatan senjata. Agar dapat menjadi negara besar yang bertanggung jawab, AS harus berhenti menjadi perusak perdamaian dan pembuat krisis, beralih ke sisi yang benar dalam sejarah, dan membantu mengakhiri bencana ini.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan