Banner

Pakar keuangan sebut krisis SVB soroti pentingnya regulasi perbankan

Orang-orang mengantre di luar kantor pusat Silicon Valley Bank (SVB) di Santa Clara, California, Amerika Serikat, pada 13 Maret 2023. (Xinhua/Li Jianguo)

Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB), baru-baru ini sekali lagi menyoroti pentingnya regulasi perbankan dalam hal pengurangan risiko.

 

London, Inggris (Xinhua) – Kolapsnya bank pemberi pinjaman Amerika Serikat (AS), Silicon Valley Bank (SVB), baru-baru ini sekali lagi menyoroti pentingnya regulasi perbankan dalam hal pengurangan risiko, kata seorang pakar keuangan yang berbasis di London dalam sebuah wawancara dengan Xinhua belum lama ini.

Implikasi dari krisis SVB terhadap sistem keuangan adalah regulasi kemungkinan akan ditinjau ulang, ujar Scott Davies, pendiri CDAM, perusahaan manajemen investasi di London.

SVB ditutup oleh regulator AS pada Jumat (10/3) pekan lalu setelah bank pemberi pinjaman yang berfokus pada sektor teknologi itu melaporkan kerugian besar dari penjualan sekuritas, yang memicu penarikan simpanan di bank tersebut. Ini merupakan kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS.

Davies, yang juga menjabat sebagai chief investment officer CDAM, mengatakan bahwa beberapa tahun lalu undang-undang AS menaikkan ambang batas untuk pemantauan bank. Namun, deregulasi dan berkurangnya pelaporan yang mengikutinya kemungkinan telah meningkatkan risiko krisis perbankan seperti ini, ungkapnya.

Banner

Menurut sebuah laporan CNN, pada 2018, mantan presiden AS Donald Trump menandatangani sebuah undang-undang, yang membebaskan beberapa bank dengan skala seperti SVB dari kebijakan yang lebih ketat pascakrisis keuangan tahun 2008.

Di bawah aturan lama tersebut, bank-bank dengan aset sedikitnya 50 miliar dolar AS diwajibkan untuk “melakukan ‘stress test’ Federal Reserve tahunan, guna mempertahankan tingkat modal tertentu (agar dapat menyerap kerugian) dan likuiditas (agar dapat dengan cepat memenuhi kewajiban tunai), serta mengajukan rencana ‘surat wasiat’ (living will) untuk pembubaran bank-bank tersebut secara cepat dan tertib jika mengalami kegagalan,” kata CNN.

Kolapsnya Silicon Valley Bank
Seorang pria berjalan melewati bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve di Washington DC, AS, pada 16 Maret 2022. (Xinhua/Ting Shen)

Namun, pembatalan undang-undang 2018 membuat peraturan ketat tersebut hanya ditujukan bagi bank dengan aset minimal 250 miliar dolar AS, sebut CNN.

SVB akan telah dipantau, dan kesalahan penilaian mereka akan telah dihentikan sejak lama, andai ambang batas tetap pada 50 miliar dolar AS, tutur Davies, yang telah bekerja di industri keuangan selama lebih dari dua dasawarsa.

Berbicara tentang akar penyebab kolapsnya SVB, Davies berpendapat bahwa pihak manajemen bank tersebut harus menanggung porsi kesalahan paling besar, disusul oleh perubahan regulasi dan kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Insiden itu akan menimbulkan pertanyaan bagi Federal Reserve tentang apakah akan terus menaikkan suku bunga, ujar Davies. “Kebijakan pemantauan kemungkinan akan terpengaruh.”

Banner
Kolapsnya Silicon Valley Bank
Foto yang diabadikan pada 13 Maret 2023 ini memperlihatkan tampilan eksterior kantor cabang First Republic Bank di Millbrae, California, Amerika Serikat. (Xinhua/Li Jianguo)

Namun, investor veteran itu tidak mengkhawatirkan risiko “penularan”. Dia menekankan bahwa SVB memiliki beberapa fitur spesifik perusahaan, seperti sangat berfokus pada sektor teknologi serta mendukung perusahaan rintisan (startup) dan telah berkembang jauh lebih cepat daripada yang lain dalam beberapa tahun terakhir.

“Saya kira alasan mengapa hal itu tidak menular adalah karena tidak banyak bank yang mengalami jenis pertumbuhan seperti ini. Dan sistemnya unlevered (tidak memperhitungkan utang dalam struktur modalnya).” Dia menegaskan bahwa SVB tidak memiliki masalah buku pinjaman (loan book).

*1 dolar AS = 15.418 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan