Kebocoran pipa gas Nord Stream yang meledak pada 26 September 2022 telah melepaskan sebanyak setengah juta metrik ton metana, menjadi sumber polusi yang tak terkira bagi kehidupan laut di area tersebut.
New York City, AS (Xinhua) – Diperkirakan sebanyak setengah juta metrik ton metana meledak dari kebocoran pipa gas Nord Stream, kuantitas yang dikeluarkan dalam satu waktu itu lebih besar dibandingkan yang pernah tercatat sebelumnya, demikian dilansir portal berita Amerika Serikat (AS) Workers World pada Sabtu (4/3) tentang ledakan yang terjadi pada 26 September 2022 itu.
Metana, yang merupakan komponen utama dalam gas alam, memerangkap panas 80 kali lebih efisien dibandingkan karbon dioksida, dan pelepasan metana yang disebabkan oleh manusia terjadi karena semua pengembangan bahan bakar fosil serta tempat pembuangan sampah, selain peternakan dan sawah. “Kuantitas emisi metana yang disebabkan oleh manusia dianggap sebagai faktor yang lebih besar untuk perubahan iklim jangka pendek ketimbang karbon dioksida,” menurut laporan berjudul ‘Nord Stream pipeline attack: An act of war’ (Serangan pipa gas Nord Stream: Tindakan perang) tersebut.
Pada 21 Februari, para perwakilan anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dari Ekuador, Gabon, Mozambik, dan negara lainnya berbicara tentang akibat ledakan yang menjadi sumber polusi yang tak terkira bagi kehidupan laut di area tersebut; ancaman terhadap navigasi udara dan laut; konsekuensi iklim yang menghancurkan; dan bahaya yang ditimbulkan ledakan itu bagi situasi geopolitik global yang kompleks, di mana insiden apa pun dapat memicu konsekuensi yang tidak dapat diprediksi, kata laporan itu.
Uni Emirat Arab merupakan salah satu perwakilan dari banyak negara yang menyerukan investigasi independen sesegera mungkin berdasarkan sains dan fakta, bukan dengan sikap politik, ujar laporan tersebut.
“Sangat jelas, Pentagon (AS) lebih tertarik untuk mengintensifkan perang proksinya melawan Rusia dibandingkan membantu transisi ke energi hijau,” ungkap laporan itu sembari mengutip laporan jurnalis investigasi pemenang Penghargaan Pulitzer Seymour Hersh baru-baru ini yang menyebutkan bahwa AS dan Norwegia menghancurkan jaringan pipa gas Nord Stream Rusia dengan metode canggih.
Presiden AS Joe Biden mengatakan pada konferensi pers tahun lalu bahwa “jika Rusia menginvasi (Ukraina) … tidak akan ada lagi Nord Stream 2. Kami akan mengakhirinya,” menurut laporan tersebut.
Laporan: Redaksi