Banner

Mesir tolak segala bentuk perubahan terhadap aturan operasional di perlintasan Rafah

Pengungsi Palestina meninggalkan wilayah Al-Mawasi di pinggiran barat laut Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 28 Juni 2024. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Mesir tidak akan menerima segala bentuk perubahan terhadap peraturan operasional di perlintasan Rafah yang sudah ada sebelum perang Israel di Gaza, terutama yang berdampak pada pihak Palestina.

 

Kairo, Mesir (Xinhua/Indonesia Window) – Menteri Luar Negeri (Menlu) Mesir Badr Abdelatty pada Rabu (18/9) menegaskan bahwa Mesir tidak akan menerima segala bentuk perubahan terhadap peraturan operasional di perlintasan Rafah yang sudah ada sebelum perang Israel di Gaza, terutama yang berdampak pada pihak Palestina.

Berbicara dalam konferensi pers bersama di Kairo dengan Menlu Amerika Serikat (AS) Antony Blinken yang sedang berkunjung, Abdelatty menekankan penolakan Mesir terhadap segala bentuk kehadiran militer di sepanjang perlintasan Rafah sisi Palestina dan Koridor Philadelphia.

Kedua diplomat tersebut menekankan pentingnya mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza sebagai cara terbaik untuk memastikan stabilitas regional, seraya mencatat bahwa isu-isu penting terkait perjanjian gencatan senjata masih belum terselesaikan. Mereka menegaskan bahwa penyelesaian isu-isu ini bergantung pada kemauan politik.

Warga Palestina terlihat di lokasi serangan udara Israel terhadap tenda-tenda pengungsi di dekat Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 27 Mei 2024. Sedikitnya 45 warga Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan, tewas dalam serangan udara Israel terhadap sejumlah tenda pengungsi di dekat Kota Rafah, demikian disampaikan otoritas kesehatan Gaza dalam sebuah pernyataan pers pada Senin (27/5). (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Kunjungan Blinken ke Mesir menandai perjalanannya yang ke-10 ke Timur Tengah sejak Israel melancarkan serangan skala besar ke Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu. Serangan itu merupakan balasan atas serangan mendadak Hamas yang mengakibatkan sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 250 orang disandera.

Kunjungan Blinken dilakukan di tengah kekhawatiran terjadinya konflik regional yang lebih luas, karena Israel mengancam akan mengalihkan fokus militernya dari Gaza ke Lebanon menyusul konflik yang telah berlangsung selama 11 bulan itu.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan