Penembakan di Shahcheragh (as) di Kota Shiraz, Provinsi Fars, pada 26 Oktober 2022, yang diklaim oleh kelompok teroris ISIS (Daesh), tewaskan 15 warga sipil, dan melukai setidaknya 30 orang.
Jakarta (Indonesia Window) – Duta Besar Republik Islam Iran untuk RI Mohammad Azad menyatakan bahwa serangan teroris di kompleks Haram Suci Shahcheragh (as) di Kota Shiraz, Provinsi Fars, pada 26 Oktober lalu merupakan tindakan keji dan brutal.
Dalam pernyataan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu, Dubes Azad mengatakan, 15 orang meninggal dan 30 orang terluka dalam peristiwa tersebut.
“Serangan tersebut terjadi di kompleks suci Haram Suci Shahcheragh (as) yang merupakan salah satu pusat keagamaan terbesar dan ziarah di Iran,” ujarnya.
Serangan tersebut, lanjut dubes, mengundang simpati dan kecaman dari pihak berwenang dan pejabat dari 44 negara dunia, termasuk Uni Eropa, Prancis, Mesir, Italia, Bosnia, Venezuela, Jerman, dan Swedia. Mereka mengutuk kejahatan keji ini dan menyerukan pemberantasan terorisme secara global.
“Kami berharap untuk menyaksikan lebih banyak negara lain, khususnya di kawasan Asia dan Pasifik yang bersuara dan menyampaikan posisinya,” kata Dubes Azad.
Semua korban dalam penembakan itu adalah warga sipil, termasuk beberapa wanita dan tiga anak. Salah satu dari anak-anak ini, bernama Artin Seraidaran, yang menderita luka-luka, kehilangan ayah, ibu dan saudara laki-lakinya dalam aksi teror mematikan itu.
Sayangnya, sejumlah badan dan mekanisme hak asasi manusia internasional yang biasanya kerap mengeluarkan pernyataan beragam tentang masalah sepele, kini memilih untuk tetap diam tentang insiden teroris ini, tuturnya.
“Terorisme dan ekstremisme tidak mengenal batas negara, dan bisa menargetkan warga dan negara mana pun di dunia,” tegas Dubes Iran, seraya menekankan bahwa kerja sama, interaksi dan koordinasi, antarberbagai negara dan lembaga internasional wajib dilaksanakan untuk memerangi terorisme, kekerasan dan ekstermisme.
“Republik Islam Iran siap melakukan kerja sama dalam bentuk kerja sama bilateral, regional dan internasional. Dengan kerja sama ini kita akan memiliki dunia yang lebih aman untuk diri kita dan anak-anak kita,” kata Dubes Azad.
Melalui sebuah pernyataan, kelompok teroris ISIS (Daesh) mengaku bertanggung jawab atas penembakan di Shahcheragh Iran. Namun, penyelidikan mengenai afiliasi teroris, kebangsaannya, motif di balik serangan teroris dan masalah kompleks lainnya yang terkait dengan tindakan tersebut serta kemungkinan peran aktor lain sedang berlangsung.
Dalam peristiwa ini seorang anggota ISIS berhasil dilumpuhkan oleh aparat keamanan Iran dan pelaku kedua sudah ditangkap.
Korban terorisme
Sejak kemenangan Revolusi Islam pada tahun 1979, Republik Islam Iran telah menjadi salah satu dari korban terbesar terorisme.
Selama periode ini, kelompok teroris melalui berbagai aksi mereka telah membunuh lebih dari 17.000 orang tak bersalah dan melukai banyak lainnya di negara kami, sebut Dubes Iran dalam pernyataan tertulisnya.
Sebagian besar dari pembunuhan ini, yang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan, dilakukan oleh kelompok teroris Mujahedin-e-Khalq Organization (MKO) yang dilindungi serta dibiayai oleh pihak Barat.
Pemerintah dan organisasi internasional yang tetap bungkam terhadap operasi teroris, menutup mata terhadap pembunuhan, hingga menjadikan negara mereka sebagai tempat yang aman bagi kelompok teroris dan menerapkan standar ganda terhadap terorisme, merupakan pihak yang harus bertanggung jawab atas penyeraban kekerasan dan meluasnya serangan-serangan terorisme di berbagai belahan dunia.
Dampak negatif terorisme dan pihak-pihak yang mendukung terorisme untuk kepentingan mereka merupakan ancaman nyata untuk dunia saat ini dikarenakan bahaya terorisme tentu tidak terbatas pada negara-negara korban terorisme, melainkan cakupannya akan meluas ke negara-negara lain.
Hal ini membuktikan tanggung jawab internasional semua negara, khususnya organisasi internasional untuk mengambil sikap dan tidak tinggal diam, tulis pernyataan Dubes Azad.
Laporan: Redaksi