China akan melakukan pemangkasan intensitas emisi karbon terbesar di dunia, dengan beralih dari puncak karbon ke netralitas karbon dalam jangka waktu paling singkat dalam sejarah.
Beijing, China (Xinhua) – China telah berkontribusi aktif bagi tata kelola iklim global, demikian disampaikan Wakil Menteri Ekologi dan Lingkungan China Zhai Qing pada Jumat (21/10).
Sebagai negara berkembang terbesar di dunia, China akan melakukan pemangkasan intensitas emisi karbon terbesar di dunia. China akan beralih dari puncak karbon ke netralitas karbon dalam jangka waktu paling singkat dalam sejarah, ungkap Zhai dalam sebuah konferensi pers di sela-sela Kongres Nasional Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) ke-20.
Dia mengatakan bahwa China menjunjung tinggi multilateralisme dan prinsip tanggung jawab bersama tetapi berbeda dan sesuai kemampuan masing-masing, seraya menambahkan bahwa negara tersebut telah mempromosikan penandatanganan, pemberlakuan, dan implementasi Perjanjian Paris.
China telah berperan aktif dalam kerja sama Selatan-Selatan (South-South) tentang perubahan iklim. Negara itu telah melakukan upaya terbaik untuk membantu negara-negara berkembang lainnya, terutama negara-negara pulau kecil, negara-negara Afrika, dan negara-negara kurang berkembang, guna meningkatkan kapasitas respons iklim mereka untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim, kata Zhai.
Melangkah ke depan, China akan bekerja sama dengan semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam tata kelola perubahan iklim global. China akan mempromosikan sistem tata kelola iklim global yang adil dan rasional untuk hasil yang saling menguntungkan, terus memperdalam kerja sama Selatan-Selatan tentang perubahan iklim, dan membantu dengan kekuatan, kebijaksanaan, serta solusi China bagi respons perubahan iklim global, ujar Zhai.
Pembangunan hijau
Menteri Ekologi dan Lingkungan China juga menyatakan bahwa kemajuan positif telah dicapai dalam mendorong pembangunan hijau Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI).
Koalisi internasional untuk pembangunan hijau Sabuk dan Jalur Sutra telah dibentuk, yang saat ini memiliki lebih dari 150 mitra dari 40 lebih negara, sebut Zhai.
Koalisi tersebut telah bekerja untuk memperkuat dialog kebijakan dan penelitian bersama, serta mendukung Agenda 2030 PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan, ujarnya.
Berbagai upaya juga telah dilakukan untuk meningkatkan inovasi dan pertukaran teknologi hijau serta memupuk talenta dalam pengelolaan lingkungan.
“Kami telah melatih sekitar 3.000 personel manajemen lingkungan, pakar, dan cendekiawan dari 120 lebih negara, membangun konsensus dan sinergi untuk pembangunan hijau,” kata Zhai.
Diusulkan oleh China pada 2013, Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra memvisikan jaringan perdagangan dan infrastruktur yang menghubungkan Asia dengan Eropa dan Afrika di sepanjang rute Jalur Sutra kuno.
Laporan: Redaksi