Subvarian baru Omicron XBB memicu lonjakan kasus di Singapura, sementara BA.5 masih menjadi varian yang dominan di Selandia Baru.
Manila, Filipina (Xinhua) – “Pandemi belum berakhir,” kata seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pada Jumat (21/10), menambahkan bahwa kemunculan subvarian yang berkelanjutan “menimbulkan risiko kemunculan kembali (virus) dan membuat sistem kesehatan kewalahan.”
Babatunde Olowokure, Direktur Keamanan Kesehatan dan Kedaruratan untuk WHO di Pasifik Barat, mengatakan Singapura dan Selandia Baru mengalami lonjakan kasus COVID-19, sementara Filipina, Korea Selatan, Jepang, Mongolia, dan Vietnam menunjukkan penurunan jumlah kasus infeksi, rawat inap, dan kematian yang berkelanjutan sejak Agustus.
Olowokure mengatakan pada konferensi pers bahwa sirkulasi subvarian COVID-19 Omicron XBB memicu lonjakan di Singapura, sementara BA.5 masih menjadi varian yang dominan di Selandia Baru.
“Singapura menerapkan kembali berbagai langkah keselamatan kesehatan masyarakat seperti membatasi pengunjung di rumah sakit dan panti jompo,” katanya.
Data WHO menunjukkan bahwa Wilayah Pasifik Barat melaporkan lebih dari 92 juta kasus COVID-19 terkonfirmasi, termasuk lebih dari 270.000 kematian sejak penyakit yang sangat menular dan mematikan itu muncul pada 2020.
Dikatakan oleh Olowokure bahwa penurunan jumlah kasus di beberapa negara terjadi karena “cakupan vaksin yang relatif tinggi,” namun dia mendesak masyarakat agar tetap waspada meski terdapat penurunan kasus yang dilaporkan secara regional dan global, menambahkan bahwa virus corona terus bersirkulasi di wilayah tersebut.
Varian virus
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat (AS) sedang melacak dengan cermat berbagai subgaris keturunan (sublineage) Omicron, termasuk tiga yang baru-baru ini menarik perhatian, seperti disampaikan lembaga itu pada Jumat (21/10).
Tiga subvarian baru tersebut adalah BQ.1, BQ.1.1, dan XBB. BQ.1 dan BQ.1.1 merupakan turunan dari subvarian BA.5, yang menjadi varian dominan di AS selama berbulan-bulan, menurut CDC.
Data CDC menunjukkan bahwa BQ.1 dan BQ.1.1 tampaknya menyebar relatif cepat sejauh ini, tetapi masih dalam proporsi kecil dari keseluruhan varian.
CDC juga tengah mengawasi XBB berdasarkan laporan internasional, meskipun masih sangat jarang ditemukan di AS.
Banyak varian SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, telah terlacak keberadaannya di AS dan secara global selama pandemik.
Terkadang, varian-varian baru muncul dan menghilang. Di saat lainnya, varian-varian tersebut bertahan dan terus menyebar di masyarakat. Saat menyebar, virus tersebut memiliki peluang baru untuk berubah dengan cara yang dapat membuat varian-varian yang muncul lebih sulit dihentikan karena efektivitas vaksinasi atau perawatan kemungkinan telah berkurang, papar CDC.
Laporan: Redaksi