YERUSALEM, 18 Agustus (Xinhua) — Israel dan Turki sepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik penuh setelah bertahun-tahun ketegangan, saat kedua belah pihak berusaha memperbaiki posisi regional dan internasional mereka, demikian menurut sejumlah pakar.
Kedua negara akan kembali menugaskan masing-masing duta besar setelah lebih dari empat tahun mereka ditarik, kata kantor Perdana Menteri Israel Yair Lapid dalam sebuah pernyataan pada Rabu (17/8) usai melakukan panggilan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Lapid memuji langkah itu sebagai “aset penting bagi stabilitas kawasan dan kabar ekonomi yang sangat penting untuk warga Israel.” Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, diplomat tertinggi Turki pertama yang melawat ke Israel sejak 2007, juga memuji langkah tersebut sebagai perkembangan penting dari hubungan bilateral.
MANTAN SEKUTU
Dahulu merupakan sekutu dekat, hubungan Israel-Turki telah melewati serangkaian krisis. Pada 2010, Turki memutus hubungan diplomatiknya dengan Israel setelah pasukan komando Israel menyerbu armada Turki yang dipimpin oleh kapal Mavi Marmara yang mengangkut bantuan ke Jalur Gaza yang diblokade, sehingga menewaskan 10 aktivis Turki.
Hubungan bilateral dipulihkan pada 2016 setelah Israel setuju untuk membayar 20 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp14.822) kepada keluarga korban insiden Mavi Marmara.
Meski demikian, Turki dan Israel saling mengusir diplomat pada 2018 di tengah perseteruan atas pembunuhan 60 warga Palestina oleh Israel di Gaza selama aksi unjuk rasa terhadap pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem.
Erdogan, pendukung gigih perjuangan Palestina, mengecam keras kebijakan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza. Erdogan menyebut Israel “negara teroris”, menuduhnya melakukan genosida seperti Nazi Jerman.
Indikasi penting bahwa hubungan bilateral telah mencair adalah Presiden Israel Isaac Herzog melakukan perjalanan ke Turki pada Maret lalu, perjalanan pertama yang dilakukan oleh seorang pejabat senior Israel sejak 2008.
Herzog memuji pengumuman pada Rabu, mengutip bahwa hal ini akan “mendorong hubungan ekonomi yang lebih baik, timbal balik pariwisata, serta persahabatan antara bangsa Israel dan Turki.”
KEPENTINGAN BERSAMA
Erdogan menunjukkan kesediaannya untuk meredakan ketegangan dengan Israel setelah Naftali Bennett dilantik sebagai perdana menteri Israel pada Juni 2021, menggantikan pemimpin Israel dengan masa jabatan terlama, Benjamin Netanyahu.
Pemimpin Turki itu memiliki waktu yang singkat untuk memulihkan hubungan dengan Israel sepenuhnya sebelum pemilihan parlemen Israel baru yang akan berlangsung pada 1 November, karena jajak pendapat belum lama ini memperkirakan bahwa Netanyahu, yang kebijakannya cenderung keras, akan kembali berkuasa.
Langkah terbaru itu muncul ketika Israel sedang mendorong upaya membangun aliansi yang lebih erat dengan kekuatan strategis di Timur Tengah, sebuah tren yang didukung oleh Perjanjian Abraham, yakni serangkaian perjanjian normalisasi antara Israel dan Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
Chen Kertcher, dosen resolusi konflik di Universitas Ariel di Israel, mengatakan kepada Xinhua bahwa Israel memiliki kepentingan yang jelas untuk memulihkan hubungan diplomatik sepenuhnya dengan Turki, sekutu terdekatnya di dunia muslim sekaligus mitra perdagangan yang penting.
“Yang kita lihat di sini adalah perhitungan yang cermat dari kepentingan bersama, bukan sebagai hasil dari visi ideologis bersama tetapi kebutuhan. Kedua negara merasa bahwa mereka harus bekerja sama dan alternatifnya lebih buruk,” kata Kertcher.
Bagi Turki, pemulihan hubungan diplomatik penuh dengan Israel adalah bagian dari langkah yang lebih luas untuk mengatur ulang hubungan dengan negara-negara di Timur Tengah, kata Gallia Lindenstrauss, seorang research fellow senior di Institut Kajian Keamanan Nasional Universitas Tel Aviv, kepada Xinhua.
Menurut Lindenstrauss, Turki mengadopsi “kebijakan luar negeri yang sangat tegas, bahkan provokatif” selama beberapa tahun terakhir, yang menyebabkan ketidakpuasan di antara negara-negara tetangganya. Kini, Ankara berharap bahwa memperbaiki hubungan dengan Israel akan memiliki implikasi positif pada hubungannya dengan Washington, katanya.
Selain itu, Turki telah terkena dampak krisis ekonomi dan sangat membutuhkan investasi asing. “Dalam hal ini, menunjukkan moderasi di arena diplomatik juga bisa lebih menarik untuk memikat investor agar kembali ke Turki,” kata Lindenstrauss.
Setelah melakukan panggilan telepon pada Rabu malam, kantor Lapid mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua pemimpin sepakat untuk terus memperkuat hubungan, terutama di bidang perdagangan dan pariwisata.
Dikatakan bahwa hal ini “akan tercermin pada dimulainya kembali penerbangan Israel ke Turki dan pertemuan Komisi Ekonomi Gabungan di Israel pada September.”
Pada saat yang sama, Ankara juga berharap untuk mempromosikan pembangunan jalur pipa untuk mengekspor gas alam Israel ke Eropa melalui Turki.