Jakarta (Indonesia Window) – Kementerian Luar Negeri Taiwan pada hari Kamis kecam Presiden Rusia, Vladimir Putin, karena menyebut Taiwan sebagai bagian dari China selama pembicaraan dengan pemimpin China, Xi Jinping.
Dalam acara konferensi pers, juru bicara MOFA, Joanne Ou mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri Taiwan kecam pernyataan “palsu” Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Rabu (15/6) yang “merusak kedaulatan Republik China.”
Juru bicara itu mengatakan kepada wartawan bahwa MOFA telah menyampaikan protesnya atas masalah tersebut kepada pihak berwenang Rusia melalui saluran diplomatik.
Menurut media pemerintah China, Xinhua News Agency, Putin, selama panggilan teleponnya dengan Xi pada Rabu, mengatakan Rusia menentang segala tindakan campur tangan dari kekuatan eksternal dalam urusan internal China seperti Xinjiang, Hong Kong, dan Taiwan.
Namun, kata-kata yang sama tidak muncul dalam pembacaan pidato yang diberikan oleh Kremlin.
Ou mengatakan bahwa Republik China, atau Taiwan, bukan bagian dari Republik Rakyat China (RRC) dan bahwa pemerintah RRC tidak pernah memerintah Taiwan.
Hanya pemerintah yang dipilih oleh rakyat Taiwan melalui pemilihan umum bebas yang dapat mewakili rakyat Taiwan, kata Ou. Ou juga menambahkan bahwa klaim iredentis (pemulihan dari setiap wilayah yang sebelumnya miliknya) Beijing hanya akan menimbulkan kebencian di antara rakyat Taiwan.
Dia juga mengatakan Pemerintah Taiwan akan terus bekerja dengan mitra demokrasi di seluruh dunia untuk mendapatkan dukungan demi kebebasan dan demokrasi Taiwan dengan terus melawan ambisi otoriter China.
Sumber: CNA
Laporan: Redaksi