Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak memperpanjang kenaikan pada Kamis, di tengah kekhawatiran pasokan setelah Uni Eropa menyusun rencana sanksi baru terhadap Rusia, termasuk embargo minyak mentah dalam enam bulan, mengimbangi kekhawatiran atas permintaan China yang lebih lemah.
Harga minyak mentah berjangka Brent menguat 36 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 110,50 dolar AS per barel pada pukul 08,25 GMT.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 11 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 107,92 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan itu menguat lebih dari lima dolar AS per barel pada Rabu (4/5).
Usulan sanksi, yang membutuhkan dukungan suara bulat oleh 27 negara Uni Eropa, juga mencakup penghentian impor produk olahan Rusia pada akhir 2022, dan larangan semua pengiriman dan layanan asuransi untuk pengangkutan minyak Rusia.
“Pasar minyak belum sepenuhnya mempertimbangkan potensi embargo minyak Uni Eropa, jadi harga minyak mentah yang lebih tinggi diharapkan pada bulan-bulan musim panas jika itu dipilih menjadi undang-undang,” kata Kepala Riset Pasar Minyak Rystad Energy, Bjørnar Tonhaugen.
Sementara itu, Menteri Lingkungan dan Energi Prancis Barbara Pompili mengatakan dia yakin negara-negara anggota Uni Eropa akan mencapai konsensus mengenai sanksi pada akhir pekan ini.
“Embargo minyak Uni Eropa yang direncanakan, mewakili tantangan logistik besar-besaran untuk pasar minyak,” kata Kepala Komoditas Investec, Callum Macpherson.
“Mengubah rute produksi Rusia dari Eropa ke pembeli yang bersedia di Asia, dengan adanya sanksi, sudah sangat menantang bahkan Rusia telah mengakui produksinya akan menurun secara signifikan,” tambahnya.
Sementara itu dalam pertemuannya pada Kamis, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutu, yang dikenal sebagai OPEC+, kemungkinan akan tetap berpegang pada peningkatan produksi minyak moderat dengan alasan tidak bertanggung jawab atas geopolitik dan gangguan pasokan.
Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo menegaskan tidak mungkin bagi produsen lain untuk menggantikan pasokan Rusia, tetapi menyatakan keprihatinan tentang melambatnya permintaan bahan bakar transportasi dan petrokimia di importir utama dunia, China, karena penguncian COVID-19 yang berkepanjangan.
Sebuah survei sektor swasta pada Kamis menunjukkan aktivitas sektor jasa China berkontraksi pada tingkat terdalam kedua yang tercatat pada April di bawah pengaruh langkah-langkah pandemik.
Di Iran, melonjaknya harga minyak telah membuat ekonominya yang bergantung pada energi bernafas lega dan karenanya para penguasanya tidak terburu-buru untuk menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 dengan kekuatan dunia untuk meringankan sanksi, kata tiga pejabat yang akrab dengan pemikiran Teheran.
Di Amerika Serikat, stok minyak mentah naik 1,2 juta barel pekan lalu setelah lebih banyak minyak dilepaskan dari cadangan strategis, menurut Badan Informasi Energi AS.
Laporan: Redaksi