Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak mentah melonjak lebih dari satu persen menjadi di atas 120 dolar AS per barel pada akhir perdagangan Jumat (25/3) atau Sabtu pagi WIB, karena para pedagang mendamaikan dampak serangan rudal terhadap fasilitas distribusi minyak di Arab Saudi dengan kemungkinan pelepasan cadangan minyak oleh Amerika Serikat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei terangkat 1,62 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi menetap di 120,65 dolar AS per barel.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April bertambah 1,56 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi ditutup di 113,90 dolar AS per barel.
Kedua kontrak acuan mencatat kenaikan pekanan pertama mereka dalam tiga pekan, dengan Brent naik lebih dari 11,5 persen dan WTI naik 8,8 persen.
Houthi Yaman mengatakan mereka melancarkan serangan terhadap fasilitas energi Arab Saudi pada Jumat (25/3) dan koalisi yang dipimpin Kerajaan mengatakan stasiun distribusi bahan bakar Aramco di Jeddah telah menjadi sasaran serangan. Kebakaran di dua tank di fasilitas tersebut telah dikendalikan.
Arab Saudi mengatakan tidak akan bertanggung jawab atas kekurangan pasokan minyak di pasar global yang disebabkan oleh serangan Houthi terhadap fasilitas minyaknya.
Gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran yang telah memerangi koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi selama tujuh tahun meluncurkan rudal ke fasilitas Aramco di Jeddah dan drone di kilang Ras Tanura dan Rabigh, kata juru bicara militer kelompok itu.
“Pasar, yang sudah menghindari pasokan minyak Rusia, memiliki hal lain yang perlu dikhawatirkan dengan serangan Houthi yang berpotensi berdampak pada produksi Arab Saudi,” kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston, mencatat bahwa serangan Houthi menjadi lebih sering.
Serangan itu terjadi hanya lima hari setelah kelompok Houthi menembakkan rudal dan drone ke fasilitas desalinasi energi dan air Saudi, menyebabkan penurunan sementara produksi di kilang.
Dengan stok global pada level terendah sejak 2014, analis mengatakan pasar tetap rentan terhadap kejutan pasokan.
Pemerintahan Joe Biden sedang mempertimbangkan pelepasan minyak lain dari cadangan minyak strategis yang, jika dilakukan, bisa lebih besar dari penjualan 30 juta barel awal bulan ini, kata seorang sumber.
Jumlah rig minyak AS, indikator awal produksi masa depan, naik tujuh menjadi 531 pekan ini, tertinggi sejak April 2020, karena pemerintah mendesak produsen untuk meningkatkan produksi setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Meskipun jumlah rig minyak telah naik selama 19 bulan berturut-turut, peningkatannya kecil dan melambat baru-baru ini karena banyak perusahaan fokus untuk mengembalikan uang kepada investor daripada meningkatkan produksi dan menghadapi kendala pasokan.
Harga minyak tergelincir di awal sesi karena ekspor dari terminal minyak mentah CPC Kazakhstan baru sebagian dilanjutkan dan Uni Eropa menahan diri untuk memberlakukan embargo pada energi Rusia ketika suara anggota blok ini tetap terpecah dalam masalah ini.
Laporan: Redaksi