Magelang, Jawa Tengah (Indonesia Window) – Sebuah analisis baru memperkirakan bahwa seiring dengan kemajuan perubahan iklim, wilayah yang paling cocok untuk menanam kopi arabika, kacang mete, dan alpukat akan menurun di beberapa negara utama yang memproduksi tanaman ini.
Roman Grüter dan rekan-rekannya di Zurich University of Applied Sciences, Swiss, mempresentasikan temuan ini dalam jurnal akses terbuka PLOS ONE pada 26 Januari 2022.
Kopi, kacang mete, dan alpukat adalah tanaman penting bagi konsumen dan petani tropis skala kecil di seluruh dunia.
Penelitian ekstensif menunjukkan bahwa perubahan iklim akan mengurangi kesesuaian untuk menanam kopi arabika—spesies kopi dominan—di sebagian besar wilayah tempat kopi itu saat ini ditanam.
Namun, studi tersebut belum mempertimbangkan karakteristik tanah dan tanah yang juga dapat mempengaruhi kesesuaian.
Sementara itu, tidak ada penelitian yang membahas bagaimana perubahan iklim akan berdampak pada kesesuaian alpukat dan jambu mete pada skala global.
Untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan ini, Grüter dan rekan-rekannya menggabungkan proyeksi perubahan iklim dan faktor tanah untuk memodelkan secara komputasi dan memprediksi seberapa cocok berbagai wilayah di seluruh dunia untuk menanam kopi, kacang mete, dan alpukat pada tahun 2050.
Mereka menggunakan proyeksi dari 14 model iklim global di bawah tiga model dengan skenario emisi yang berbeda di masa depan dan memasukkan persyaratan lahan dan tanah untuk tanaman, seperti pH, tekstur, dan kemiringan.
Analisis memprediksi bahwa beberapa daerah akan menjadi lebih cocok dan beberapa kurang cocok untuk setiap tanaman.
Kopi adalah yang paling rentan dari ketiganya, dengan prediksi penurunan kesesuaian di semua wilayah penghasil utama, termasuk Brasil, Vietnam, Indonesia, dan Kolombia.
Untuk jambu mete, daerah yang sangat cocok diprediksi menurun di beberapa negara produsen utama, termasuk India, Pantai Gading, dan Benin.
Area yang cocok untuk alpukat juga akan menurun untuk beberapa produsen utama, seperti Republik Dominika, Peru, dan Indonesia.
Sementara itu, daerah yang cocok untuk ketiga tanaman tersebut dapat berkembang pada ketinggian dan garis lintang yang lebih tinggi, terutama untuk jambu mete dan alpukat. Area dengan kesesuaian masa depan yang lebih besar terletak di wilayah seperti Amerika Serikat, Argentina, China, dan Afrika Timur.
Temuan ini menunjukkan perlunya adaptasi perubahan iklim di negara-negara produsen utama, seperti pemuliaan varietas yang disesuaikan dengan suhu yang lebih tinggi atau kekeringan. Strategi juga akan diperlukan untuk mengurangi dampak lingkungan dari setiap perluasan ke lokasi baru.
Penulis menambahkan, “Studi ini menyajikan penilaian global pertama tentang dampak perubahan iklim pada kesesuaian jambu mete dan alpukat. Untuk jambu mete dan alpukat, area yang cocok untuk budidaya diharapkan berkembang secara global sementara di sebagian besar negara produsen utama, area dengan kesesuaian tertinggi mungkin berkurang.”
Sumber: sciencedaily.com
Laporan: Ditasari Amalia