Jakarta (Indonesia Window) – Sejumlah pemerintah negara Eropa pada Senin (16/8) mengatakan bahwa mereka mengevakuasi staf kedutaan dan warga negaranya dari Afghanistan menyusul perkembangan terakhir di negara ini, menurut Kantor Berita Xinhua.
Denmark dan Norwegia, yang telah mengumumkan penutupan sementara kedutaan masing-masing di Afghanistan, menggambarkan “bekerja dalam kondisi ekstrem” ketika mereka mencoba mengevakuasi warga dan karyawan lokal mereka di sana.
Menteri Luar Negeri Denmark Jeppe Kofod mengatakan Denmark “masih jauh dari selesai” dengan evakuasi staf Denmark dan Afghanistan dari kedutaan besarnya di ibu kota Kabul. Dia mengatakan Pakistan membantu evakuasi Denmark dari ibu kota Afghanistan.
Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg pada Senin (16/8) mengatakan bahwa negaranya “melakukan segala hal yang mungkin” untuk mengevakuasi warga Norwegia dan karyawan lokal.
“Ini kacau dan sebuah malapetaka. Kami semua berharap bahwa kami dapat melakukan ini dalam kondisi yang lebih teratur daripada apa yang terjadi sekarang,” kata Solberg kepada kantor berita Norwegia NTB.
Pada hari yang sama, Kepala Pertahanan Norwegia Eirik Kristoffersen mengkonfirmasi kepada surat kabar Norwegia VG bahwa negara Eropa barat ini telah menyelesaikan evakuasi semua karyawan Norwegia di kedutaan besarnya di Kabul.
Finlandia pada Senin mengumumkan penutupan kedutaan besarnya di Kabul. Pemerintah mengatakan 18 warga Finlandia, termasuk diplomat dan staf kedutaan, telah meninggalkan ibu kota Afghanistan pada sore hari.
Pemerintah Belgia juga menyetujui operasi evakuasi pertahanan. Menteri Luar Negeri Sophie Wilmes mengatakan sekitar 100 orang yang mengaku berkebangsaan Belgia telah melapor ke kedutaan Belgia di Pakistan, yang juga bertanggung jawab atas Afghanistan, ingin kembali ke Belgia.
Di Italia, penerbangan pertama yang mengevakuasi staf diplomatik Italia bersama dengan beberapa warga Afghanistan tiba di Roma pada Senin (16/8). Sebuah pesawat militer KC 767 mendarat di bandara Fiumicino dengan sekitar 70 orang di dalamnya, kata Kementerian Pertahanan.
Kementerian Luar Negeri dan Eropa Kroasia pada Senin mengatakan bahwa delapan warga negara Kroasia telah dievakuasi dari Afghanistan dan yang lainnya akan dipulangkan dalam beberapa hari mendatang.
Jerman juga mengevakuasi puluhan staf kedutaan pada hari itu ke ibu kota Qatar, Doha.
Sementara itu, kepala kebijakan luar negeri Komisi Eropa Josep Borrell mengatakan dia memutuskan untuk mengadakan konferensi video luar biasa pada Selasa (17/8) dengan para menteri luar negeri Uni Eropa.
Presiden Perancis Emmanuel Macron pada hari Senin menyerukan “tanggapan yang bertanggung jawab dan bersatu” di dalam Dewan Keamanan PBB tentang Afghanistan, dan memperingatkan risiko arus migrasi tidak teratur ke Eropa yang disebabkan oleh destabilisasi Afghanistan.
Untuk saat ini, katanya, urgensi mutlak bagi Perancis adalah untuk membawa kembali warga negaranya dan warga Afghanistan yang bekerja untuk Perancis. Dua pesawat militer dan pasukan khusus Perancis akan dikirim ke Afghanistan untuk operasi evakuasi dalam beberapa jam ke depan, tambah Macron.
Sebelumnya, pada Ahad (15/8) Taliban menyatakan bahwa perang di Afghanistan telah berakhir, dan mereka akan segera mendeklarasikan pembentukan “Imarah (kepemimpinan) Islam Afghanistan” dan mengambil tindakan yang bertanggung jawab untuk memastikan keselamatan warga Afghanistan.
Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengakui bahwa kecepatan pengambilalihan Taliban atas Afghanistan mengejutkan pemerintah Inggris.
“Semua orang, saya pikir, telah terkejut dengan skala dan kecepatan di mana Taliban telah mengambil alih di Afghanistan,” kata Raab setelah menghadiri pertemuan darurat tentang situasi di Afghanistan.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pada Ahad bahwa keputusan AS untuk menarik diri dari Afghanistan telah “mempercepat banyak hal.”
Kanselir Jerman Angela Merkel pada hari Senin mengatakan penempatan pasukan internasional di Afghanistan selama 20 tahun terakhir mengecewakan.
Kampanye melawan terorisme “tidak berhasil dan belum selesai seperti yang kami perkirakan,” kata Merkel pada konferensi pers. Diakuinya, upaya mewujudkan demokrasi dan perdamaian di Afghanistan telah gagal, oleh karena itu perlu diambil pelajaran.
Presiden Finlandia Sauli Niinisto juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa fakta Afghanistan berakhir dengan cepat ke tangan Taliban menunjukkan bahwa negara-negara barat tidak berhasil dalam tujuan mereka untuk membangun pemerintahan dan masyarakat yang demokratis di Afghanistan.
“Mungkin, tak terhindarkan, pelajaran dari ini tetap bahwa cukup sulit untuk mengekspor struktur dan pemikiran masyarakat yang sama sekali berbeda,” katanya.
Laporan: Redaksi