Banner

Protes siswa sekolah menengah Bangkok tuntut reformasi pendidikan

Ilustrasi. Ribuan orang bergabung dalam protes yang dipimpin oleh siswa sekolah menengah di Bangkok, Thailand. (Niek Verlaan from Pixabay)

Bekasi, Jawa Barat (Indonesia Window) – Ribuan orang bergabung dalam protes yang dipimpin oleh siswa sekolah menengah di Bangkok, Thailand pada Sabtu untuk menyerukan reformasi pendidikan, menurut laporan Reuters.

Gerakan yang meluas tersebut mendorong penggulingan pemerintah dan pembatasan kekuasaan monarki.

Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengatakan pada Kamis (19/11) bahwa polisi akan menggunakan semua undang-undang untuk melawan pengunjuk rasa.

“Kami di sini untuk meminta kebebasan yang telah diambil dari kami serta untuk reformasi pendidikan,” kata seorang siswa sekolah menengah, Mameaw (18) yang menolak untuk memberikan nama lengkapnya.

Kami menginginkan monarki konstitusional yang nyata, tambahnya.

Banner

Protes sejak Juli itu mengajukan tiga tuntutan utama, yakni pencopotan mantan pemimpin junta Prayuth sebagai perdana menteri, konstitusi baru, dan reformasi monarki Raja Maha Vajiralongkorn.

Para siswa sekolah menengah juga menuntut kebebasan yang lebih besar dan perlakuan yang lebih adil dalam sistem pendidikan yang menurut mereka kuno dan terlalu memaksakan kepatuhan.

Banyak di antara pengunjuk rasa yang juga menyuarakan pentingnya kesetaraan gender.

“Saya pernah dilecehkan secara seksual oleh guru. Sekolah bukanlah tempat yang aman,” kata sebuah plakat yang dipegang oleh seorang siswa yang duduk berseragam dengan mulut ditutup sebagai bentuk protes.

Juru bicara pemerintah, Anucha Burapachaisri, mengatakan perdana menteri berharap pengunjuk rasa akan menggunakan kebebasan mereka secara konstruktif dan sesuai hukum.

Prayuth telah menolak permintaan pengunjuk rasa untuk mengundurkan diri, serta membantah tuduhan merekayasa pemilu tahun lalu untuk mempertahankan kekuasaan yang pertama kali direbutnya dari pemerintah terpilih pada tahun 2014.

Banner

Istana Kerajaan tidak memberikan komentar sejak protes dimulai pada bulan Juli.

Laporan: Raihana Radhwa

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan