Hubungan bilateral China-Jepang memasuki usia 50 tahun pada 2022, dengan kedua pihak telah mengadopsi empat dokumen politik China-Jepang, mencapai sejumlah pemahaman bersama yang penting, dan menikmati pertukaran dan kerja sama yang bermanfaat di berbagai bidang.
Bangkok, Thailand (Xinhua) – Presiden China Xi Jinping pada Kamis (17/11) di Bangkok, Thailand, mengatakan bahwa China siap bekerja bersama dengan Jepang untuk menjaga hubungan bilateral tetap di jalur yang tepat dari sudut pandang strategis, dan membangun hubungan China-Jepang yang sesuai untuk era baru.
Pernyataan itu diutarakan Xi dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida di sela-sela Pertemuan Pemimpin Ekonomi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) ke-29.
Memperhatikan bahwa China dan Jepang bersama-sama memperingati 50 tahun normalisasi hubungan bilateral pada tahun ini, Xi mengatakan dalam lima dekade terakhir, kedua pihak telah mengadopsi empat dokumen politik China-Jepang, mencapai sejumlah pemahaman bersama yang penting, dan menikmati pertukaran dan kerja sama yang bermanfaat di berbagai bidang.
Semua ini telah memberikan manfaat penting bagi masyarakat kedua negara dan berkontribusi pada perdamaian, pembangunan, dan kesejahteraan kawasan. Sebagai tetangga dekat dan negara penting di Asia dan dunia, China dan Jepang memiliki banyak kepentingan yang sama dan ruang yang luas untuk kerja sama. Pentingnya hubungan China-Jepang belum dan tidak akan berubah, tutur Xi.
Xi menekankan bahwa kedua pihak perlu memperlakukan satu sama lain dengan tulus dan terlibat satu sama lain dengan rasa kepercayaan, mematuhi prinsip-prinsip dari empat dokumen politik China-Jepang, dan mengambil pelajaran dari sejarah, seraya menambahkan bahwa kedua negara perlu melihat perkembangan satu sama lain dalam sudut pandang yang objektif dan rasional, dan menerjemahkannya ke dalam kebijakan konsensus politik bahwa kedua negara harus “menjadi mitra, bukan ancaman.”
Masalah-masalah prinsip utama seperti sejarah dan Taiwan berpengaruh terhadap landasan politik dan kepercayaan mendasar dalam hubungan China-Jepang, dan karenanya harus ditangani dengan iktikad baik dan secara tepat. China tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, juga tidak menerima segala jenis alasan dari siapa pun untuk mencampuri urusan dalam negerinya, papar Xi.
Menyebut bahwa China dan Jepang memiliki kondisi sistem sosial dan kondisi nasional yang berbeda, Xi mengatakan kedua pihak harus saling menghormati, meningkatkan pemahaman dan mengesampingkan ketidakpercayaan. Mengenai isu-isu terkait sengketa maritim dan wilayah, penting untuk mematuhi prinsip dan pemahaman bersama yang telah dicapai, serta menunjukkan kebijaksanaan politik dan tanggung jawab untuk mengelola perbedaan dengan baik, kata Xi.
Kedua belah pihak harus terus memanfaatkan kedekatan geografis mereka, ikatan antarmasyarakat yang erat dan kekuatan unik lainnya, serta memfasilitasi pertukaran dan komunikasi melalui berbagai saluran termasuk antarpemerintah, partai politik, badan legislatif, dan daerah. Sangat penting untuk mengambil pandangan jauh ke depan, dan secara aktif melakukan pertukaran di kalangan muda, menumbuhkan persepsi yang objektif dan positif terhadap satu sama lain, serta mendekatkan kedua bangsa, ungkap Xi.
Dengan perekonomian kedua negara yang sangat saling bergantung, China dan Jepang perlu meningkatkan dialog dan kerja sama di bidang-bidang seperti ekonomi digital, pembangunan hijau, sektor fiskal dan keuangan, perawatan kesehatan dan perawatan hari tua, serta menjaga rantai industri maupun rantai pasokan tetap stabil dan lancar, sehingga hubungan yang saling melengkapi dan saling menguntungkan dapat terwujud pada tingkat yang lebih tinggi, papar Xi.
Mengingat kepentingan jangka panjang masing-masing negara dan kepentingan bersama kawasan, kedua negara perlu menjunjung tinggi otonomi strategis dan kehidupan bertetangga yang baik, menolak konflik dan konfrontasi, mempraktikkan multilateralisme sejati, memajukan integrasi kawasan, bekerja sama untuk pembangunan dan kemajuan yang sehat di Asia, serta merespons berbagai tantangan global, ujar Xi.
Sementara itu, Kishida mengenang kembali percakapan dirinya dengan Xi via telepon yang berjalan sukses pada Oktober tahun lalu, yang pada kesempatan itu mereka sepakat untuk membangun hubungan Jepang-China yang sesuai dengan era baru. Dia menambahkan bahwa pertukaran dan kerja sama antara kedua negara di berbagai bidang terus berlanjut secara bertahap.
Sebagai tetangga dekat, Jepang dan China tidak menimbulkan ancaman terhadap satu sama lain. Kedua belah pihak perlu dan harus hidup berdampingan dalam damai. Jepang tidak dapat mencapai pembangunan dan kemakmuran tanpa China, begitu pula sebaliknya, ungkap Kishida.
Jepang menyambut baik kontribusi positif China bagi dunia melalui pembangunannya sendiri. Kerja sama Jepang-China memiliki potensi besar karena kedua negara memikul tanggung jawab penting untuk perdamaian dan kemakmuran kawasan dan dunia. Jepang siap bekerja sama dengan China untuk pertumbuhan hubungan Jepang-China yang sehat dan stabil, tutur Kishida.
Mengenai masalah Taiwan, tidak ada perubahan apa pun terhadap komitmen yang dibuat Jepang dalam Pernyataan Bersama Jepang-China, kata Kishida, seraya menyatakan kesiapannya untuk meningkatkan dialog dan komunikasi dengan pihak China untuk bersama-sama memetakan arah yang benar bagi hubungan Jepang-China.
Kedua belah pihak sepakat untuk menjaga interaksi, dialog, dan komunikasi tingkat tinggi; meningkatkan rasa saling percaya politik; mempromosikan kerja sama praktis; memperluas pertukaran antarmasyarakat; meningkatkan koordinasi dan kerja sama dalam urusan internasional dan regional; serta bekerja sama untuk membangun hubungan China-Jepang yang stabil dan konstruktif yang sesuai dengan era baru.
Laporan: Redaksi