Warga Amerika keturunan Asia (satu dari lima) mengalami insiden kebencian pada tahun pertama pandemik COVID-19, dan mereka yang bekerja sebagai pendidik merasa terisolasi dan frustasi karena sikap diam rekan-rekan mereka maupun kepala sekolah.
New York City, AS (Xinhua) – Menurut data terbaru dari Stop AAPI (Asian Americans and Pacific Islanders) Hate, satu dari lima warga Amerika keturunan Asia mengalami insiden kebencian pada tahun pertama pandemik COVID-19, lapor portal berita Edsurge pada awal pekan ini.
Selama tahun lalu, EdSurge Research mengumpulkan berbagai cerita dari para pendidik K-12 (TK hingga Kelas XII) keturunan Asia di Amerika Serikat (AS) yang masih bekerja pada saat kekerasan terhadap warga Amerika keturunan Asia berada di titik tertinggi sepanjang masa.
“Secara umum, sebanyak 80 pendidik K-12 Amerika keturunan Asia yang kami wawancarai menyebut insiden-insiden ini, dan sikap diam rekan-rekan mereka maupun kepala sekolah, sebagai hal yang membuat mereka sangat frustrasi dan trauma,” kata laporan itu.
“Bagi banyak orang, hal ini memunculkan kembali pengalaman lama terkait rasisme,” tulis laporan. “Mereka harus menghadapi perjuangan emosional untuk menjelaskan bagaimana agresi mikro, komentar yang tidak sensitif, dan tindakan noresponsif merupakan sikap rasis.”
Mereka harus memutuskan apakah berbicara tentang rasisme dalam berita, menyerukan rasisme antarpribadi, atau menekan emosi demi orang lain sepadan dengan risiko pekerjaan dan energi mental mereka, urai laporan.
“Akhirnya, banyak guru melakukan pemrograman, pengembangan kurikulum, dan pengembangan profesional mereka sendiri. Ini merupakan beban tambahan bagi kesehatan mental mereka,” imbuh laporan itu.
Laporan: Redaksi