Banner

Wabah virus Marburg yang sangat menular menyebar di Ghana

Ilustrasi. WHO tengah mengevaluasi berbagai perawatan potensial untuk Marburg, termasuk dengan produk darah, terapi kekebalan dan terapi obat. (WHO)

Tingkat kematian bervariasi dari 24 persen hingga 88 persen saat wabah pecah di masa lalu, tergantung pada jenis virus dan manajemen kasus.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Ghana telah secara resmi mengkonfirmasi dua kasus virus Marburg, penyakit yang sangat menular mirip dengan Ebola, kata layanan kesehatan negara itu pada Ahad (17/7), setelah dua orang yang kemudian meninggal dinyatakan positif terkena virus tersebut awal bulan ini.

Tes virus marburg yang dilakukan di Ghana menunjukkan positif pada 10 Juli, tetapi hasilnya harus diverifikasi oleh laboratorium di Senegal untuk kasus-kasus yang dianggap dikonfirmasi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

“Pengujian lebih lanjut di Institut Pasteur di Dakar, Senegal telah menguatkan hasilnya,” kata Layanan Kesehatan Ghana (GHS) dalam sebuah pernyataan.

Banner

GHS berupaya keras untuk mengurangi risiko penyebaran virus, termasuk mengisolasi semua kontak yang teridentifikasi. Namun, sejauh ini tidak ada yang menunjukkan gejala apa pun, katanya.

virus marburg ghana
Ilustrasi. Marburg dimulai dengan dengan demam tinggi, sakit kepala parah dan malaise (kurang enak badan). (Gundula Vogel from Pixabay)

Kedua kasus tersebut hanyalah infeksi Marburg kedua di Afrika Barat. Kasus virus pertama di wilayah itu terdeteksi tahun lalu di Guinea, tanpa ada kasus lebih lanjut yang diidentifikasi. 

Guinea mengkonfirmasi satu kasus dalam wabah yang dinyatakan berakhir pada 16 September 2021, lima minggu setelah kasus awal terdeteksi.

“Otoritas kesehatan (Ghana) telah merespons dengan cepat, bersiap untuk kemungkinan wabah. Ini langkah yang bagus karena tanpa tindakan segera dan tegas, Marburg dapat dengan mudah lepas kendali,” kata Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika.

Kedua pasien di wilayah Ashanti, Ghana selatan, keduanya memiliki gejala termasuk diare, demam, mual dan muntah, sebelum meninggal di rumah sakit, kata WHO.

Ada selusin wabah besar Marburg sejak 1967, sebagian besar di Afrika bagian selatan dan timur, termasuk Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan dan Uganda. Tingkat kematian bervariasi dari 24 persen hingga 88 persen saat wabah pecah di masa lalu, tergantung pada jenis virus dan manajemen kasus, menurut WHO.

Banner

Marburg ditularkan ke orang dari kelelawar buah dan menyebar di antara manusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, permukaan dan bahan. 

Penyakit ini dimulai dengan dengan demam tinggi, sakit kepala parah dan malaise (kurang enak badan). Banyak pasien mengalami tanda-tanda perdarahan parah dalam waktu tujuh hari. 

Tingkat kematian kasus bervariasi dari 24 persen hingga 88 persen pada wabah sebelumnya, tergantung pada jenis virus dan manajemen kasus, sebut WHO.

Meskipun tidak ada vaksin atau perawatan antivirus yang disetujui untuk  mengobati virus Marburg, perawatan suportif, yakni rehidrasi dengan cairan oral atau intravena dan pengobatan gejala spesifik, bisa meningkatkan kelangsungan hidup. 

WHO tengah mengevaluasi berbagai perawatan potensial, termasuk dengan produk darah, terapi kekebalan dan terapi obat.

Sumber: Reuters; WHO

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan