Kontribusi AS untuk NATO dan program bantuan keamanan lainnya di Eropa hanya menyumbang sebagian kecil dari anggaran tahunan Pentagon, yakni kurang dari 6 persen menurut perkiraan terakhir.
New York City, AS (Xinhua) – Sejak awal berdiri, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) tidak pernah secara khusus peduli dengan penggabungan kekuatan militer. Sebaliknya, NATO dibentuk untuk mengikat Eropa Barat ke sebuah proyek besar tatanan dunia pimpinan Amerika Serikat (AS), di mana perlindungan Amerika menjadi tuas untuk mendapatkan konsesi dalam isu-isu lain, seperti perdagangan dan kebijakan moneter, sebut sebuah artikel opini yang dirilis oleh The New York Times (NYT) pada Selasa (11/7).
“Dalam bidang pertahanan, aliansi tersebut tidak seperti yang diberitakan,” kata artikel itu. “Selama puluhan tahun, AS telah menjadi penyedia utama untuk persenjataan, logistik, pangkalan udara, dan rencana pertempuran.”
Sedangkan untuk pengadaan pertahanan, standar umum untuk interoperabilitas, yang dipadukan dengan besarnya sektor industri militer AS dan hambatan birokrasi di Brussel, menguntungkan perusahaan-perusahaan Amerika dengan mengorbankan pesaing mereka di Eropa. “Aliansi tersebut justru tampaknya telah melemahkan kemampuan para sekutu untuk mempertahankan diri mereka sendiri,” lanjut laporan tersebut.
“Namun, paradoks ini hanya permukaannya. Dalam kenyataannya, NATO bekerja persis seperti rancangan para perencana AS pascaperang, yakni menarik Eropa ke dalam ketergantungan pada kekuatan Amerika sehingga mengurangi ruang gerak mereka,” ungkap laporan itu.
Berbanding terbalik dengan program amal yang berbiaya tinggi, NATO mengamankan pengaruh Amerika di Eropa dengan biaya yang murah. Kontribusi AS untuk NATO dan program bantuan keamanan lainnya di Eropa hanya menyumbang sebagian kecil dari anggaran tahunan Pentagon, yakni kurang dari 6 persen menurut perkiraan terakhir, papar artikel tersebut.
“Di Ukraina, polanya sudah jelas. Washington akan menyediakan keamanan militer, dan perusahaan-perusahaannya akan mendapatkan keuntungan dari banyaknya pesanan persenjataan dari Eropa, sedangkan Eropa akan menanggung biaya rekonstruksi pascaperang, suatu hal yang lebih siap dilakukan oleh Jerman dibandingkan pembangunan militernya,” tambah laporan itu.
Laporan: Redaksi