Banner

WHO setujui vaksin mpox pertama untuk penggunaan global

Foto yang diabadikan pada 21 Mei 2023 ini menunjukkan logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan latar belakang kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss. (Xinhua/Lian Yi)

Vaksin MVA-BN, yang dikembangkan oleh Bavarian Nordic A/S, memiliki tingkat efektivitas 76 persen setelah pemberian dosis pertama dan 82 persen setelah pemberian dosis kedua.

 

Jenewa, Swiss (Xinhua/Indonesia Window) – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (13/9) mengumumkan persetujuannya untuk vaksin MVA-BN, yang dikembangkan oleh Bavarian Nordic A/S, sebagai vaksin mpox pertama yang ditambahkan ke dalam daftar prakualifikasi.

Persetujuan prakualifikasi ini diharapkan dapat sangat meningkatkan akses terhadap vaksin tersebut di wilayah-wilayah yang menghadapi darurat wabah mpox, terutama di Afrika, sehingga dapat membantu upaya untuk mengurangi penularan dan mengendalikan penyebaran penyakit tersebut.

Prakualifikasi pertama untuk vaksin mpox ini merupakan langkah penting dalam upaya kami melawan penyakit tersebut, baik dalam konteks penyebaran wabah saat ini di Afrika, maupun di masa mendatang,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Tedros juga menekankan perlunya meningkatkan pengadaan dan distribusi vaksin guna memastikan akses yang merata bagi masyarakat yang paling rentan terinfeksi.

Banner
Seorang anak yang terinfeksi mpox terlihat di wilayah Nyiragongo di dekat Goma, Provinsi Kivu Utara, Republik Demokratik Kongo (RDK), pada 15 Agustus 2024. (Xinhua/Zanem Nety Zaidi)

Vaksin ini diberikan dalam dua dosis untuk orang dewasa berusia 18 tahun ke atas, dengan jarak pemberian antara dosis pertama dan dosis kedua empat pekan.

Keputusan prakualifikasi ini akan mempercepat pengadaan vaksin tersebut oleh badan-badan internasional dan mempercepat persetujuan regulasi nasional, demikian menurut Asisten Direktur Jenderal WHO Yukiko Nakatani.

Data saat ini menunjukkan bahwa vaksin tersebut memiliki tingkat efektivitas 76 persen setelah pemberian dosis pertama dan 82 persen setelah pemberian dosis kedua. Meski demikian, WHO tetap menekankan perlunya pengumpulan data lanjutan tentang keamanan dan efektivitas vaksin tersebut.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan